Hari keberangkatan nya ke Indonesia, kali ini disambut beberapa asisten nya di bandara.
"Dimana dia tinggal?" Tanya Hans sembari berjalan melewati kerumunan dengan kaca mata hitam yang bertengger di hidungnya.
Beberapa orang sempat melihat nya dan bahkan hingga mengira nya seorang artis karena ketampanan nya yang bersinar. "Sudah saya kirim alamatnya pak." Ucap salah satu asisten nya.
Hans menganggukan kepalanya. "Antar saya ke rumah dulu untuk istirahat." Ucap Hans pada supir nya.
Hans melihat kembali beberapa kenangan bersama Icha ketika dirinya mulai melihat kotak didalam lemari yang berisikan barang-barang masalalu dari wanita itu.
Pria itu memutuskan untuk tidak terburu-buru menemui Icha. Hari ini ia akan istirahat full, dan melakukan semua kegiatan tentang Icha besok.
Dilihat kembali ponsel nya sebelum tidur, tidak ada pesan apapun dari Nala. Apa wanita itu marah padanya? Ah, masa bodoh.
Paginya, Hans sudah selesai bersiap waktunya menjalankan misi. Ia mendengar dari suruhan bya bahwa hari ini Icha sedang ke supermarket sendirian.
Ia akan pura-pura tak mengenali Icha dan lewat didekatnya. Dan kini dirinya sudah sampai ditempat.
"Hans?" Panggil Icha ketika dirinya berbelanja disebuah supermarket besar.
Hari ini Gerald tak bisa menemaninya berbelanja karena kesibukan nya, dengan terpaksa Icha sendirian sekarang.
"Icha?" Tanya Hans.
Icha mengangguk sembari tersenyum, tak bisa menahan bahagia nya ketika melihat teman kecilnya. "Sudah lama sekali." Ujar Hans setelah itu menarik tubuh Icha untuk dipeluknya.
Setelah melepaskan nya, mereka mengobrol sejenak dan tak lupa bertukar nomor ponsel. "Habis ini mau langsung pulang?" Tanya Hans pada Icha.
Icha tak berubah, masih cantik dan polos seperti wanita yang dikenal Hans dulu.
Persis seperti wanita yang aku cintai sejak dulu.
Icha mengangguk menjawab pertanyaan Hans. "Mau makan siang bersama dulu gak? Aku yang teraktir." Tawar Hans yang jujur sungguh merindukan wanita dihadapan nya.
Setelah berfikir dan mengingat Gerald akan pulang sore, Icha pun mengangguk setuju akan tawaran Hans. Karena jikalau Gerald pulang makan siang tanpa Icha, lelaki itu tak akan mau makan apapun.
Suaminya memang manja sekali."Boleh, tapi gak bisa lama-lama." Ujar Icha.
Hans mengangguk senang. Awalnya pria itu ingin mereka didalam satu mobil yang sama, tapi Icha menolak nya dan Hans pun tak dapat memaksa.
Mereka makan direstaurant areal ternama di daerahnya.
"Siang makan steak? Sesungguhnya aku gak biasa." Ujar Icha pada Hans ditengah-tengah obrolan mereka.
"Oh ya? Kamu masih sesederhana dulu ya." Ujar Hans.
"Kamu sendiri sudah jadi pria kaya dan sukses aku lihat, selamat ya?" Ujar Icha memberikan selamat.
Hans tersenyum. "Kamu juga, mobil, gaun indah, cantik yang terawat?" Ujar Hans.
Icha tersenyum. "Ini berkat suamiku." Ujar Icha membuat Hans seketika membuang senyum nya.
"Kamu sudah menikah?" Tanya Hans.
Icha mengangguk. "Kenapa aku gak sadar sejak awal, wanita cantik seperti mu tidak mungkin gak laku kan?" Ujar Hans mencoba untuk tertawa dan bercanda.
"Ada juga kamu yang cakep dan sukses, gimana udah punya istri atau pacar kan?" Ujar Icha pada Hans.
"Aku? Belum." Ujar Hans sembari menggelengkan kepalanya.
Icha mengangguk. "Susah memang nya cari pacar? Perasaan kalau ditanya satu-satu wanita mau sama kamu apa nggak pasti jawaban nya mau." Ujar Icha bercanda dengan Hans.
"Kalau gitu sekarang aku tanya, kamu mau gak sama aku?" Tanya Hans sembari menatap mata Icha dengan wajah yang sangat serius.
Icha terdiam sejenak. "Kamu tuh apa sih, kalau aku kan udah punya suami mana bisa sama kamu." Ujar Icha dengan nada tak enak.
Hans tertawa. "Aku bercanda Icha, jangan dianggap serius." Kata nya.
Icha mengangguk kaku. Lalu mereka kembali memakan steak nya. "Kapan-kapan kalau aku minta bayaran untuk hari ini karena aku udah teraktir kamu. Apa bisa lain kali kamu yang gantian teraktir aku?" Tanya Hans.
Icha menoleh pada lelaki dihadapan nya ini. "Hm, boleh saja sebagai ganti hari ini. Lagi juga kita sudah lama sekali pisah, kapan-kapan akan aku undang kamu ke rumah ketemu suamiku juga." Ujar Icha dengan santai tanpa tahu maksud dan tujuan Hans.
Hans membuang mukanya, tangan nya menarik gelas anggur yang saat ini tengah diminum nya.
"Kamu ganteng loh, mau aku kenalin ke teman aku dikantor?" Tanya Icha membuat Hans tersedak.
"Uhukk uhhuk.."
Icha mengambilkan sapu tangan miliknya dan memberikan nya pada Hans. "Pakai ini, mangkanya pelan-pelang dong!" Ujar Icha sembari memberikan sapu tangan milik nya untuk Hans membersihkan mulutnya dari tumpahan anggur.