Part 7 : The Drama Begin

897 Kata
Nick memandangi wajah ayu Rena yang nampak sembab, rasa bersalah begitu menguasai hatinya. "Menikahlah denganku." ujar Nick dengan tegas namun penuh dengan kelembutan. Renata menggeleng keras sebagai jawabannya. Apa-apaan lelaki itu? Baru saja membuatnya jantungan dan ketar-ketir karena meminta Cakra untuk tinggal bersamanya, dan sekarang dengan mudahnya meminta Renata untuk menikah dengannya Nick menghela nafas panjang, ia tentu tau jawaban itu yang akan ia dapat dari Renata, namun entah mengapa perasaan asing menyusupi hatinya, ada sedikit rasa tak terima disana. "Aku mau pulang." Ucap Renata dengan suara seraknya. "Tinggalah disini, bersama Cakra dan aku. Setidaknya kita bisa membesarkan Cakra tanpa kekurangan kasih sayang Mommy dan Daddy-nya." bujuk Nick, ia harap Renata mengerti dan mau menerimanya. Renata teguh pendirian, wanita itu menggeleng tegas, sejurus kemudian ia berjalan ke taman belakang untuk memyusul Cakra yang sedang asyik bermain bola bersama Justin. Sementara Nick nampak menggeram frustasi. Harus dengan apa ia membujuk Renata, jika dengan cara lembut Renata tak dapat digapai maka ia harus menggunakan cara yang sedikit lebih kasar. "Cakra. Kita pulang sekarang!” ajak Rena pada Cakra yang nampak asik bermain dengan Justin. Cakra menatap Mommy-nya dengan tatapan tak suka. "Daddy bilang sekalang lumah abang sama Mom disini. Abang nggak mau kemana-mana!" tolak Cakra dengan lantang "Ayo bang! Kalau mommy bilang pulang ya pulang!” Bentak Renata tak yang mulai kehabisan kesabaran. "Nggak mauu!!!" teriak Cakra lalu berlari meninggalkan Rena. Cakra langsung memeluk Nick yang kebetulan berada di ambang pintu. Tangis Cakra pecah seketika, "Abang mau sama daddy!” Dengan sigap Nick menggendong dan mendekap Cakra. Ia membisikan kata-kata manis pada putra semata wayangnya. Emosi Renata yang pada dasarnya sudah diubun-ubun langsung menarik tubuh Cakra dari dekapan Nick, hingga membuat Cakra terjungkal kebelakang, untung saja dirinya dengan sigap menangkap Cakra. Tangisan Cakra semakin kencang saat Renata membawa Cakra menjauh dari Nick secara paksa. Sedangkan Nick nampak memandang Renata dengan tatapan marah. "Gila kamu Ren! Ibu macam apa kamu ini?! Bagaimana jika Cakra terjatuh!" bentak Nick sambil berusaha mengejar Renata yang berhalan cepat menuju arah pintu utama dengan cakra yang sedang menangis di gendongannya. Sungguh Renata sebenarnya juga tidak ingin berlaku kasar pada putranya, namun keadaan ini seolah memaksanya, ia tak bisa tinggal diam kalau Nick akan menjauhkan dirinya dari putranya. Cakra terus saja meronta,memanggil-manggil daddy-nya. "Renata hentikan langkahmu! Kalau begini aku akan laporkan kamu ke polisi karena bertidak kasar pada anakku! Akan aku gunakan itu untuk mengambil hak asuh Cakra darimu!" Ucapan Nick meluncur dengan tegas. Renata reflek menghentikan langkahnya. Ia berbalik menatap nyalang Nick. "Bahkan seujung kuku pun aku tidak takut!" balas Renata. Nick tersenyum licik,menunjukan smirknya. Ia hafal betul ekspresi ketakutan Renata, dan ya, Renata sekarang ketakutan. "Oh benarkah?" tanya Nick menyilangkan tangan di dadanya sambil berjalan menghampiri Renata. Tangannya terulur mengambil Cakra dari dekapan Renata, dan langsung disambut oleh bocah tampan itu. Walau awalnya Renata tidak melepaskan Cakra, namun akhirnya dekapannya mengendur seiring dengan tatapan tajam Nick yang begitu membius dirinya. Cakra langsung memeluk Nick dengan begitu erat seolah dirinya begitu takut kehilangan daddy-nya lagi. "Shuttt... Calm down son.. You're save now." bisik Nick menenangkan sisa tangisan Cakra. Ucapan Nick ampuh membuat Cakra tenang, namun ucapan itu membuat Rena memandang Nick dengan tatapan tak percaya. "Kamu mengatakan itu seolah-olah aku adalah monster untuk anakku." ucap Renata dengan tawa sumbang. "Karena memang kamu seperti itu." balas Nick sekenanya, tanpa ia tau Renata hampir saja menangis mendengar ucapan Nick. "Bawa dia kembali ke kamar saya!" titah Nick pada kedua bodyguard nya yang sejak tadi menjadi penonton drama live mereka. Renata tak lagi memberi perlawanan, ia terlanjur sakit hati dengan ucapan Nick. Beginilah Renata, ia akan menjadi sangat kuat demi putranya, dan akan menjadi sangat lemah pula jika menyangkut putranya. Disisi lain seorang wanita ayu dengan setelan kaftan orange dan pashmina ungu yang nampak serasi sedang mondar mandir tak jelas di dekat sofa dimana anak-anak dan suaminya tengah menonton tv. "Kamu kenapa sih bun?" tanya Pandji pada Kinanthi. "Ini loh mas, dari kemaren Rena nomernya nggak aktif, dia juga nggak ada dirumah, mbok min bilang, pak mur juga nggak ada, dikantor juga nggak ada." Jawab Kinanthi cemas. Sementara Pandji hanya manggut-manggut tak jelas. Kinan memandang ekspresi suaminya dengan tatapan jengah "Bantuin aku cari Rena yuk mas." ajak Kinanthi. Pandji menggeleng seketika. "Biarin aja sih Bun, dia punya urusannya sendiri. Kalo ada apa-apa pasti dia bakal minta tolong. Jangan terlalu mencampuri urusan orang lain." Nasehat Pandji pada Kinan, dan Kinanthi rasa ucapan sang suami ada benarnya juga. "Sini, temenin aku sama anak-anak nonton aja." ucap Pandji seraya menepuk sofa kosong di dekat putri mereka yang ternyata sudah tertidur di ketiak sang ayah. Kinanthi tersenyum simpul. "El udah tidur mas." ucapnya dengan volume kecil, "Al hampir." ucap Pandji pelan, saat merasakann tubuh putranya semakin terasa berat di pangkuannya. "Kalau sampai besok Rena belum ada kabar baru kita cari tau."Final Pandji sambil mengelus pucuk kepala Kinan yang tertutup pashmina. Kinanthi tersenyum manis menjawab usulan suaminya. Hari semakin larut, namun sepertinya Renata belum nampak bosan untuk menangis, seharian ini ia terkunci di dalam kamar Nick sendirian, hanya ada beberapa pelayan yang sejak tadi wara-wiri membwakan  makanan untuk dirinya. Renata mendongakan kepalanya kala mendengar suara kunci pintu yang terbuka. Netra sembabnya menangkap sosok Nick yang nampak gagah dalam balutan kemeja putih. Renata mendesah kecil saat menatap Nick. Namun buru-buru ia mengalihkan pandangannya. Ya Allah, kenapa dia begitu tampan.. "Maafkan sikap ku tadi...” Renata diam menunduk tak ada sedikitpun niatan membalas ucapan Nick.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN