Satu bulan telah berlalu sejak kecelakaan yang dialami oleh Victor. Sejak hari di mana segalanya berubah, bukan hanya bagi Meisya dan Vino yang kehilangan sosok suami dan ayah, tapi juga bagi Aura dan Firdaus yang perlahan-lahan terjebak dalam pusaran rasa bersalah yang menggerogoti cinta mereka.
Pagi itu aroma roti panggang dan kopi memenuhi ruang makan yang luas. Aura duduk di kursi panjang, mengenakan daster berwarna biru, pergelangan tangannya tampak lebih kecil dari sebulan yang lalu, tangan itu tengah mengelus perutnya dengan perlahan seraya menatap sang suami yang duduk di seberangnya.
Firdaus sudah rapi, penampilannya selalu perfect, pria itu mengenakan kemeja putih, dan jas hitam, seperti biasa bersiap untuk pergi ke kantor. Wajahnya tampak tegang, tapi bukan karena pekerjaan. B
