Sorak-sorai dan tepuk tangan meriah mengiringi pengumuman pembawa acara. Ucapan selamat dari para tamu mulai mengalir saat mereka dipersilakan naik ke atas pelaminan. Aura berdiri di antara kerumunan, tubuhnya kaku, matanya tak berkedip menatap dua sosok yang kini berdiri berdampingan di pelaminan. "Kak, apa-apaan ini?" tanya Aura dengan nada tercekat. Suaranya tenggelam di antara riuhnya musik pesta, tapi cukup keras bagi Victor yang berdiri tak jauh darinya. Wajahnya memucat, suaranya penuh gejolak saat matanya tak bisa lepas dari sosok Meisya yang kini menggandeng tangan Victor, bukannya Firdaus. Victor berdiri membatu. Suasana pesta yang semarak seketika berubah menjadi ruang sempit yang menyesakkan d**a. Matanya langsung tertumbuk pada Aura, adiknya yang kini tampak syok, dan bingun