Prok! Prok! Prok! "Gue enggak pernah lihat lo romantis kaya gini Boy!" Ucap seorang laki-laki bertubuh tinggi kekar dengan tato yang memenuhi kedua lengannya. Ia menyeringai lebar. Memberi isyarat kepada tujuh temannya untuk segera mengepung kedua remaja itu. Membuat Boy melepaskan pelukannya pada Asyila. Kedua matanya menatap kaget pada segerombolan laki-laki bertatto di sana. Asyila menatap Boy penuh tanya. "Boy?" "Dalam hitungan ketiga lo harus lari." Ujar Boy pelan, menatap Asyila serius. "Tapi Boy..." "Mereka musuh gue, lo harus lari sejauh mungkin. Karena gue gak jamin lo bisa selamet." Asyila menggeleng,"Lo enggak bisa kaya gini Boy. Kalau mereka musuh lo, kita hadapi sama-sama. Kita selamat sama - sama. Atau kita mati sama-sama." "Enggak! Ini bukan urusan lo. Kalau lo ang