"Udah, pacarannya?" Lukas memasuki kamar rawat Asyila. Meski ucapannya menyindir. Tapi ia memeluk gadis itu amat erat penuh ketakutan. "Kamu kenapa enggak nurut. Kan aku udah bilang, kalau kamu enggak boleh kerja lagi. Jadinya gini kan? Sesekali nurut sama aku, enggak ada salahnyakan?" Asyila terdiam, kedua bibir manisnya tertarik kesamping. Ya ampuuunnnn kenapa pelukan Lukas ini rasanya hangat sekali. Kenapa rasanya nyaman sekali. Aman sekali, dan ... Rindu sekali. "Aku tadi hampir mukul Damian, kamu tahu? Kalau karena enggak ingat kamu. Aku pasti bakal mukul dia. Dan tadi, si cowok jelek bertatto itu, mukulin aku ngeselin banget!" Lagi, Asyila terdiam. Ocehan Lukas yang panjang lebar. Malah membuat dadanya benar - benar merasa hangat. Ia menggigit kuat bibir bawahnya sendiri. Menaha