Kanaya pov. "Masih sakit?" Tanya Revan di sela kegiatannya yang tengah mengolesi pergelangan tanganku dengan krim pereda Lebam. Sesekali ia meniupnya dengan sangat hati hati, seolah tanganku adalah benda rapuh yang hanya dalam sekali tiupan saja bisa langsung patah. Aku masih lekat menatapnya, menatapnya yang masih menunduk memperhatikan pergelangan tanganku. Bagaimana bisa kehadirannya mampu membolak balikan perasaanku, dengan waktu secepat ini. Aku yakin dulu Alana pasti sebahagia diriku atau mungkin lebih, karena Revan bisa dengan mudah membuatku mencintainya hanya dalam waktu tidak kurang dari setengah tahun. "Masih sakit ?" Tanyanya lagi, membuyarkan lamunanku. "Nggak." Aku masih lekat menatapnya, mungkin ia mulai menyadari jika dirinya tengah aku perhatikan. Hingga, Revan me