Suara gaduh jerit dan rintih kesakitan semakin membuat suasana mencekam. Suara ambulance perlahan menjauh, membawa serta Mia yang tengah sekarat. Tak berselang lama segerombolan laki- laki berseragam datang. Itu polisi. Mereka memeriksa ruangan tempat kejadian, memeriksa setiap meja kerja karyawan, untuk mencari barang bukti. Kanaya yang masih mematung, menangis bahkan telapak tangan dan bajunya masih terdapat noda darah segar, dengan tubuhnya yang semakin bergetar hebat, dan air mata yang tidak hentinya mengalir dari pelupuk mata. "Saya perlu sodari Kanaya ikut ke kantor sebagai, saksi." Ucap salah satu polisi, bertubuh tinggi besar. Menghampiri Kanaya dan juga Sarah. "S,,, saya,, saya ga bersalah pak." Suara Kanaya terbata, ia kembali menangis. Sarah yang kebetulan ada di dekat n

