Seketika suasana di lobi berubah rusuh oleh jerit orang-orang disana, apalagi melihat tubuh Bian yang kemudian luruh. Kemeja putih bagian punggungnya perlahan basah oleh warna merah. Key sontak menjerit histeris setelah menyadari tangannya berlumuran darah. “Paaaa …., Paaaa … ,” teriaknya menangis meraung bersimpuh di lantai memeluk tubuh papanya yang tergolek di pangkuannya. Nafas Bian tersengal dengan mata terpejam rapat. “Panggilkan Dokter Sifa dan yang lain di di dalam! Cepat!” teriak Dirga panik ke security di sana.. Dia duduk memeriksa keadaan mertuanya. Bian tidak sadarkan diri. Meski masih bernafas, tapi darah di punggungnya semakin deras merembes keluar. “Bang! Bang Bian!” panggil Dirga, tapi tidak ada respon. “Pa … bangun, Pa! Jangan kayak gini! Om, tolong papaku! Kenapa jad