Operasi Bian tadi sore akhirnya selesai setelah tiga setengah lamanya. Seperti yang Sifa bilang, satu dari dua peluru itu menembus terlalu dalam dan berada di tempat yang sulit untuk diangkat. Mereka semua menghela nafas lega setelah Bian dipindahkan ke ruang rawatnya. Key adalah orang yang paling terpukul atas kejadian itu. Dia terus duduk di samping ranjang pasien menunggu papanya sadar dari bius. Matanya terus tertuju ke wajah pucat dengan selang oksigen di hidung itu. Key hanya sedang berpikir, bagaimana dia hidup dengan menanggung rasa bersalah seandainya papanya sampai kenapa-napa. Air matanya kembali meleleh, genggaman tangannya pun semakin erat. Ternyata bagi papanya, dia lebih berharga dari nyawanya sendiri. Selama ini papanya tidak benar-benar membencinya. “Terima kasih, Pa,” g