Aku begitu puas melihat wajah Mas Gama yang terkejut. Dulu, aku yang dibuat seperti itu ketika tahu ia telah menikah dan pergi ke luar negeri dengan istri barunya—Mbak Lina. "Kamu kaget, Mas?" Aku tersenyum miring. "Kamu pikir aku nggak bisa lupain kamu? Nggak usah konyol! Aku juga punya kehidupan sendiri, Mas." Mas Gama mengusap wajahnya dengan kedua tangan. Ia terlihat galau sekali saat ini. "Kalau kamu mau menikah lagi ... kamu juga harus memikirkan Tania dan Tara." Aku mendengkus. "Maksud kamu apa, Mas? Kamu pikir aku menikah demi diri aku sendiri?" Aku tertawa mencemooh. "Kamu tenang aja. Calon suami aku sangat dekat dengan mereka. Bahkan, lebih dekat dibandingkan ayah kandung mereka sendiri! Jadi, jangan sok peduli dengan kehidupan aku." Mas Gama terlihat semakin pucat. Aku lebi