POV Silvi "Kalau itu kecepetan, kamu bisa mikir lagi, Sil." Mas Ibra membuka suara setelah aku terdiam selama beberapa detik. Kedua orang tuanya bertatapan lalu kulihat Pak Sosro membuang napas panjang. "Niat yang baik lebih baik disegerakan juga, Nak." Aku mengangguk. Aku menoleh pada si kembar yang terlihat betah di sini. Jika aku menikah lagi, mereka akan memiliki figur ayah yang baik sekali. Keluarga Mas Ibra juga sangat baik dan menerima kami. Seharusnya aku tak ragu lagi. "Saya mau menikah dua bulan lagi," ujarku mantap. Senyum terbit di wajah tampan Mas Ibra. Kedua orang tuanya juga sangat senang sekali, bahkan terkesan lega. "Tapi ... saya belum bilang sama orang tua saya," kataku jujur. Yah, sebenarnya aku sering bercerita mengenai Mas Ibra pada ibuku, tetapi tentu saja aku