Veranda menuruni anak tangga sambil fokus membuka lembaran - lembaran kertas di tangan nya, ia melirik ke arah pintu saat merasa seseorang baru saja keluar.
Ia melangkah menuju ruang makan, di mana Tari dan Hendri sudah lebih dulu di sana.
"Pagi Om Tante " sapa Veranda dengan sopan.
"Pagi, Ve. Gimana ? Udah siap ke kampus hari ini ?" Tanya Hendri pada Ve.
Veranda mengangguk sambil tersenyum. Kemudian ia mengitari meja makan, "Nqo nginep di apartemen nya semalam, kalau Kinal, baru aja berangkat " ucap Tari, seolah tau apa yang di fikirkan oleh Ve.
Ve pun mengangguk, Tari memberikan nya sepiring nasi goreng untuk sarapan.
"Makasih Tan " ucap Ve dengan senyum merekah.
"Makan lah, hari ini Om antar kamu ke kampus. " ujar Hendri.
Veranda mengangguk, ia pun memulai sarapan dengan santai. Sesekali ia mengobrol ringan dengan sepasang suami istri itu.
***
"Nanti pulang nya di jemput kak Keynal aja ya ,?" Ujar Hendri saat mereka tiba di depan salah satu loby kampus yang terkenal di ibu kota.
"Gapapa, Om. Ve bisa pulang naik taksi aja. " jawab Ve tidak enak.
"Jangan, kamu kan baru. Bahaya. Nanti, Om minta Keynal jemput kamu. Dia pasti gak keberatan kok " ujar Hendri lagi.
Veranda pun tidak punya pilihan lain lagi selain mengangguk mengiyakan.
"Yaudah, makasih Om " ucap nya. Hendri mengangguk. Ve pun pamit turun dan membiarkan Hendri untuk melanjutkan perjalanan nya menuju kantor.
Veranda berjalan menyusuri koridor kampus yang masih asing untuk nya. Matanya dengan teliti mengitari area kampus yang bisa di katakan besar.
Ia sedikit merasa risih, karena banyak mata yang melirik nya. Dan kemudian akan berbisik - bisik.
Setelah menemukan ruang rektor, ia di antar oleh seorang dosen menuju fakultas dan juga kelas nya. Di mana ia akan menimba ilmu sesuai dengan minat nya.
Veranda adalah seorang mahasiswi semester 5, dengan jurusan yang di ambil nya. Yaitu DKV. Ia sangat menyukai Disain sudah sejak kecil, menyukai fotografi juga sejak SMP. Ia sering mengikuti banyak lomba sejak sekolah. Dan selalu juara.
Veranda bukan lah orang yang mudah bergaul. Ia gadis pendiam, sedikit ansos sebenarnya.
Dari sekian banyak orang ia hanya memiliki satu orang sahabat yang benar - benar dekat sejak SMA. Yaitu Stella, tapi Stella tidak lagi tinggal di indonesia. Teman nya itu kuliah di Kuala Lumpur.
Mereka hanya bertemu saat Stella sedang pulang ke Bandung saat libur. Dan itu juga jarang.
Pukul 12 siang, kelas Ve selesai. Ia berada di kelas yang cukup nyaman menurut nya. Teman sekelas nya juga ramah. Salah dua nya Sendy dan Frieska.
"Ve ke kantin yuk, gue mendadak laper " ujar Sendy sambil membereskan buku nya.
"Boleh, " ucap Ve dengan mengangguk.
Mereka bertiga pun keluar dari dalam kelas. Berjalan menyusuri koridor kampus dengan sambil mengobrol. Saling mengenal satu sama lain.
"Pada mau pesan apa nih ?" Tanya Frieska pada dua teman nya.
"Gue mau bakso aja " jawab Sendy. " minum nya Teh botol aja "
"Loe, Ve ?"
Ve tampak berfikir sambil matanya menatap menu di tangan nya.
"Mie tiaw aja, minum nya samain aja sama Sendy " jawab nya. Frieska mengangguk, kemudian berlalu untuk memesan.
Ve mulai kembali mengitari pandangan nya ke seluruh kantin. Banyak mahasiswa yang memilih nongkrong di sina.
"Ve, loe liat meja dekat pintu masuk " ucap Sendy pelan sambil menyenggol lengan Veranda.
Ve pun menoleh pada arah yang di katakan Sendy. Ia melihat tiga orang mahasiswa laki - laki yang sedang mengbrol.
"Kenapa emang ?" Tanya Ve melirik Sendy.
"Cowok yang pake kemeja biru kotak - kotak, nama nya Steve. Sejak awal kita masuk dia ngelirik loe terus " ucap Sendy.
Ve kembali menoleh ke arah tiga laki - laki itu. Dan melihat cowok yang di katakan oleh Sendy. Dan kali ini cowok itu menoleh padanya dan juga melempar senyum sapaan padanya.
Ve membalas dengan senyum tipis sebagai bentuk etika nya.
"Loe sih, cantik nya kurang ajar, maka nya sejak awal loe masuk cowok - cowok di kelas gak berenti ngelirik loe "
"Biasa aja, ah " sangkal Ve,
Frieska datang bersama satu orang pelayan membawa pesanan mereka.
"Pada ngomongin apa sih ?" Tanya Frieska mengambil duduk di samping Veranda.
"Itu, Steve ngelirik Ve terus " jawab Sendy menggoda Veranda.
Frieska menoleh ke arah yang di maksud Sendy. "Oh.. hati - hati sama dia Ve, "
"Emang dia kenapa ?" Tanya Ve heran. Ia menyesap minuman nya lebih dulu.
"Kita kasih tau ya, Steve itu cowok paling modus di kampus kita. Baik sih, tapi suka pamrih " ucap Sendy mengingatkan.
"Ohh " tanggap Ve acuh tidak acuh, "lagian aku tidak tertarik pada nya " ucap Ve, ia menyuapkan mie nya. Matanya melirik lagi pada Steve yang masih memandanginya dan kembali melempar senyum.
Tapi, kali ini Ve tidak lagi membalas senyum itu. Ia memilih untuk menikmati makanan nya.
"Loe punya pacar ?" Tanya Frieska sambil menguyah batagor nya.
Veranda menggeleng kan kepala nya. "Atau ada yang loe suka ?" Tanya Sendy lagi.
Ve diam, tiba - tiba bayangan sosok Nao muncul, tapi dengan cepat Ve menepis sosok itu.
"Tidak juga " jawab nya, "untuk sekarang belum tertarik buat pacaran dulu. Pengen fokus kuliah dulu "
Kedua teman nya itu kompak mengangguk paham.
***
Veranda tersenyum pada sosok Nao yang keluar dari dalam mobil sport nya.
"Hai, lama ya nunggu nya ?" Sapa Nao dengan ramah. Ve menggeleng, Nao membuka pintu penumpang untuk nya.
"Enggak kok, Kak " jawab nya. Nao menghela napas lega.
Ia pun mempersilahkan Ve untuk masuk, setelah itu ia berjalan memutar untuk kembali ke sisi kemudi.
"Gimana kampus baru ?" Tanya Nao saat mobil melaju meninggalkan kampus.
"Lumayan, yaaa sebenarnya sama aja sama yang di Bandung. Suasana aja yang beda " jawab Veranda.
Nao tersenyum ke arah nya. "Udah punya teman ?"
Veranda mengangguk, "baru Sendy sama Frieska aja sih, nanti kapan - kapan aku kenalin ke Kakak "
Nao terkekeh sendiri, tapi ia mengangguk. "Kita langsung pulang ?" Tanya Nao.
"Kakak mau kemana memang ?"
"Yaa.. kalau kamu gak keberatan sih, mau ngajakin kamu nonton. " ujar Nao menoleh pada Veranda.
"Boleh sih, tapi bilang Tante dulu ya " jawab Ve.
"Beneran ?" Tanya Nao semangat. Veranda mengangguk.
Yes.
Nao pun langsung mengeluarkan ponsel nya untuk menghubungi ibu nya. Memberi kabar kalau ia dan Ve akan terlambat pulang.
***
"Mau kemana, Ve ?" Tanya Nao saat melihat Ve kembali akan turun. Padahal baru beberapa menit yang lalu gadis itu naik.
"Ve mau keluar sebentar, kak. Mau ke minimarket "
"Lho? Tadi kenapa gak mampir waktu pulang ?"
"Lupa , hehe " jawab Ve tersenyum malu. Naotertawa pelan sambil menggeleng.
"Kamu ini, yaudah kakak temenin ya? "
"Eh, gak usah kak. Aku sendiri aja. Deket kan ?"
"Beneran berani ?"
"Emang nya ada apa di komplek sini ?" Tanya Ve balik.
"Ya, gapapa sih, cuma kan kakak bisa ngantar "
"Aku sendiri aja, kakak pasti capek kan ? Mandi aja belum tuh. " ucap Ve tertawa.
"Beneran nih ?" Ve mengangguk menyakinkan Nao. "Yaudah, kamu naik sepeda aja, bisa kan ?" Lagi Ve mengangguk.
"Bisa kak, aku pergi dulu ya ?" Pamit nya. Nao mengangguk, ia menatap kepergian Veranda dengan senyum merekah. Lalu melanjutkan jalan nya menuju kamar.
Veranda mengkayuh sepeda gunung dengan santai. Sambi menikmati suasana komplek perumahan mewah yang di tempati oleh keluarga Hendri.
Tinnnnn..
Citttttt....
Brak..
"Aw.. " Ve meringis saat terjatuh.
Ia kaget saat sebuah mobil jaguar hitam tiba - tiba muncul di belokan. Dan membuat nya hilang kendali dan jatuh.
Bugh
Ve menoleh ke arah seorang laki - laki remaja berambut pendek yang keluar dari dalam kemudi.
"s**t " umpat laki - laki itu. Ia memeriksa ke adaan mobil nya. Ve berdiri dari jalanan aspal sambil membangunkan sepeda nya.
"Loe gila ya ! Mau mati ! Atau baru belajar naik sepeda !,?" Damprat nya yang masih berseragam sekolah itu.
Ve mengernyit heran, "kamu yang bawa mobil nya gak bener, " ucap Ve tidak terima di salah kan. Karena menurut nya ia tidak salah. Melainkan laki - laki remaja itu lah yang salah karena mengambil jalan yang bukan jalan nya.
"Loe nyalahin gua !!!.. loe liat!, mobil gue penyok " ucap nya dengam marah. Ia menunjuk ke bemper mobil nya. Ve ikut melirik dan langsung menelan ludahnya.
"Ganti " ucap Kinal membuat Veranda terkejut.
"Itu salah kamu sendiri "
"Eh.. loe yang bawa sepeda nya gak liat - liat. Gue udah ngelaksonin loe ya !!"
"Tapi kamu jalan nya salah "
"Loe... pokok nya gue gak mau tau, loe harus ganti "
"Enggak bisa gitu, kamu yang salah "
Kinal, laki - laki itu menatap tajam pada Ve. "Loe mau ganti atau gue patahin sepeda butut loe itu !!" Geram Kinal menunjuk ke arah sepeda di depan nya.
"Jangan gila ya, itu salah kamu sendiri. Jadi, jangan harap aku mau nurutin kamu "
"Wahh.. bener - bener nih cewek.. " gumam Kinal frustasi. "Oke, kalau loe gak mau ganti. Kita ke kantor polisi "
"Oke, kamu fikir aku takut ?"
Kinal langsung terkesiap, ia menelan ludahnya sendiri. Kemudian ia mengerang kesal sendiri.
"Gue harap ini pertama dan terakhir gue ketemu cewek rese kayak loe !" Ucap Kinal kesal bukan main.
"Kamu fikir kamu itu gak rese" seru Ve. Tapi, Kinal tidak lagi memperdulikan nya. Ia kembali masuk ke dalam mobil nya dan melesat dengan cepat. Membuat Ve kaget dan mendelik malas pada mobil yang sudah semakin menjauh.
Ve mendengus, "enggak sopan banget, mentang - mentang banyak duit, dia kira aku takut sama ancaman nya ?" Gerutu Ve kembali mengkayuh sepeda nya menuju minimarket.
Ve memasukkan sepeda ke dalam garasi, kemudian ia masuk ke dalam rumah. Sama sekali tidak sadar akan keberadaan sebuah mobil jaguar yang di parkir di samping mobil Nao.
"Malam, Om Tante " sapa Ve saat ia masuk dan menemukan Hendri dan Tari sedang bersantai di ruang keluarga.
"Malam,Ve. Kamu dari mana ?" Tanya Hendri.
"Dari depan Om, beli keperluan aku " jawab Ve dengan ramah.
"Oh.. itu, lutut kamu kenapa ? Kok berdarah ?" Tanya Hendri. Ve menunduk melihat ke arah lutut nya. Dan bener saja lutut nya berdarah, ia bahkan baru menyadari nya.
"Ini, tadi jatuh. Hehe " jawab nya malu. Hendri dan Tari hanya tersenyum menggeleng.
"Yaudah, kamu bersihin dulu luka nya. Jangan lupa di kasih obat. Tante ambilin obat nya dulu ka.."
"Eh.. gak apa Tante, biar Ve aja yang ambil sendiri. Lagian ini cuma luka kecil kok " ucap Ve mencegah Tari yang akan beranjak dari sofa.
"Yaudah, lain kali hati - hati ya " ucap Tari tidak ingin memaksa. Ve mengangguk.
Ia pun pamit untuk ke kamar sekaligus membersihkan diri dan juga luka nya.
Ini gara - gara cowok arogan yang sombong dan ngeselin banget.
Lengkap banget memang tuh anak kecil.
Batin Ve menggerutu sambil melangkah menuju kamar nya.
Saat akan masuk, ia sempat menoleh pada kamar di depan nya. Telinga nya menangkap suara musik yang melantun dengan nyaman di kuping nya. Salah satu lagu ke sukaan nya.
Dan ia pun masuk, menutup pintu kamar nya.
Dan saat pintu benar - benar di tutup rapat, Pintu kamar Kinal terbuka. Laki - laki itu keluar dengan mengenakan kaus hitam dan celana pendek. Dengan rambut yang masih basah ia menoleh sebentar ke pintu di depan kamar nya.
Ia melangkah maju menghampiri kamar Ve. Tangan nya terangkat untuk mengetuk.
"Kinal, temenin Kakak main PS yuk " Nao muncul sebelum ia sempat mengetuk kamar Ve untuk berkenalan dengan anak dari sahabat kedua orang tua nya.
Tapi, kakak nya itu sudah lebih dulu menarik nya tanpa menunggu jawaban dari nya.
Kinal hanya bisa menurut.
Mungkin besok aja.
Batin Kinal.
TBC.