Devin Kinal Hendri

1416 Kata
Dalam mobil jaguar hitam, Kinal duduk di balik kemudi dengan kepala nya bergerak mengikuti beat lagu yang sedang di putar di dvd mobil nya. Matanya fokus pada jalanan yang lumayan padat hari ini. Sesekali mata indah nya melirik spion di samping nya, dan kemudian kembali menatap kedepan. Tangan di atas kemudi juga kadang ikut bergerak. Senyum nya merekah saat matanya menangkap sosok gadis cantik yang sangat di kenal nya. Tanpa di minta, ia langsung menepi kan mobil nya di depan halte. "Hai " sapa Kinal dengan ramah saat ia menurunkan kaca mobil nya. Membuat gadis cantik dalam balutan kemeja putih itu menunduk dan tersenyum pads Kinal. "Kinal " ujarnya dengan mata berbinar. "Masuk, Kak. " ujar nya lagi. Gadis itu mengangguk, ia pun membuka pintu di samping kemudi. Meluncur masuk dengan anggun. Kinal kembali melajukan mobil nya menembus jalan. "Kakak kok sendiri ? Kak Nao gak jemput ?" Tanya Kinal menoleh sebentar pada wanita di samping nya. "Lagi marahan " jawab nya dengan nada malas. Kinal menaikkan alis kanannya. Tapi, sejenak kemudian ia tertawa geli. "Perasaan marahan terus, kenapa ? Kak Nao nyebelin ya ?" "Banget " Hahaha.. Tawa Kinal pecah, "Kak Mel, harus lebih sabar lagi dong. Kan tau sendiri, Kakak ku itu gimana ?" "Ya, tau banget kok, tapi sabar ada batas nya, Nal " jawab nya. Kinal hanya menggeleng heran. "Yeee.. siapa bilang,? Sabar itu tidak ada batas nya kak. Kata guru ngaji Kinal, sabar itu harus luas, kayak hati " jawab Kinal. Melody, wanita cantik yang duduk di samping hanya tertawa pelan. Ia mencubit gemas pipi Kinal. Membuat Kinal tertawa. "Kamu ya.. emang nya kapan kamu ngaji ?" "Hahah.. yee.. gini - gini aku dulu ngaji ya, ya.. walau cuma dua bulan doang " "Hahhaa.. Kinal Kinal. Coba Nao kayak kamu. " "Ya enggak bisa lah, Aku ya aku. Kak Nao ya Kak Nao " saut Kinal. Melody memandangi wajah samping Kinal yang tampan dan manis itu. Senyum manis tercetak di bibir nya. "Awas, nanti naksir lho " goda Kinal melirik pada Melody. "Emang kenapa gak boleh ?" Tanya Melody membalas. "Boleh aja sih, lagian Kinal gak akan nolak di taksir cewek secantik Kak melody " jawab Kinal. Melody hanya tersenyum sambil menggeleng heran. Keduanya terus bercanda sambil sesekali melempar godaan atau Kinal merayu nya. Keduanya terlihat sangat dekat. *** Ruangan yang berdinding cermin itu terlihat lengang. Namun, suara musik beat elektro menggema hingga ke seluruhnya. Hanya ada Kinal di sana sambil terus menari dengan lincah mengikuti beat musik yang di putar pada Sond yang ada di pinggir ruangan. Keringat membanjiri kaus longgar yang ia pakai. Rambut nya yang pendek ia ikat satu. Dengan napas yang di teraturkan, ia terus bergerak seolah tidak mengenal lelah. Gerakkan dan tempo musik menyatu dengan indah. Kinal seolah benar - benar menyatu di sana. Sret Pintu rungan di geser, masuk seorang gadis berseragam kemeja putih, dengan rok di atas lutut bercorak kotak - kotak warna merah. Sama dengan seragam yang Kinal kenakan tadi pagi. Melihat siapa yang masuk, Kinal langsung berhenti. Berbalik melangkah untuk mematikan musik. "Ini " ujar Gadis tinggi dengan rambut panjang yang ia biarkan tergerai. "Thanks " ucap Kinal, ia mengajak gadis itu untuk duduk di lantai marmer itu. Dan meneguk air yang di beri kan teman nya itu. "Loe sendiri ? Mana Boby ?" Tanya Kinal menoleh pada gadis manis yang memiliki senyuman eyesmile itu. "Masih ada kelas tambahan, " jawab nya. Kinal mengangguk saja. Kedua nya kemudian terdiam, Kinal melirik pada gadis di samping nya yang tampak menghela napas kasar. "Ribut lagi sama Boby ?" Tanya Kinal menatap lantai. Gadis di samping nya itu tidak langsung menjawab, ia diam ikut menatap kosong pada lantai di depan mereka. "Gue ngeliat Boby jalan sama Anin kemarin " ujarnya dengan nada lirih. Kinal menghela napas berat, lalu menoleh pada teman nya itu. "Mereka cuma teman, Shania. Coba deh, buat percaya sama Boby " ujar Kinal dengan nada lelah. Shania, gadis itu menghela napas pasrah. "Gue udah coba, tapi.... entah kenapa gue was was, Nal. Gue terlalu sayang sama dia " jawab Shania menoleh pada Kinal. "Kalau loe beneran sayang dan cinta sama dia, dan loe yakin dia juga gitu, seharusnya loe percaya sama Boby " "Rasanya sulit, Nal. Boby akhir - akhir ini terlihat beda. Dia berubah " Kinal menoleh pada Shania, tidak mengatakan apapun lagi. Hingga dengan sendiri nya Shania merebahkan kepala nya di bahu Kinal. Memeluk lengan Kinal yang bisa di katakan kokoh untuk seorang perempuan. "Gue ngerasa kalau Boby, udah gak lagi cinta sama gue kayak dulu " Kinal mengusap kepala Shania dengan sayang. "Jangan berfikir buruk, gak mungkin Boby gak sayang lagi sama loe " "Dia lupa Anniverserry kami kemarin " ucap Shania lirih. "C' mon, Shan, jangan baper gini ah, itu cuma tanggal, jangan lebay deh " sungut Kinal lelah. "Buat ku itu memiliki arti, karena mengingat hal kecil itu, sangat menyenangkan. Itu tanda nya ia masih mencintai. Masih mengingat ku " ucap Shania menatap Kinal. Kinal terdiam, kedua mata mereka bertemu pandang. Dan itu terjadi cukup lama. *** Ke dua mata Kinal sudah terasa sangat berat saat ia menaiki anak tangga rumah nya. Ini sudah pukul dua pagi, ia baru pulang habis nongkrong dengan teman - teman nya. Bagi Kinal itu sudah biasa, dan kedua orang tua nya juga tidak pernah melarang nya, mereka selalu percaya pada anak - anak nya. Gluk gluk Langkah Kinal berhenti di anak tangga pertama saat kuping nya mendengar suara air galon. Ia langsung menelan ludah nya. Lampu ruang tamu, ruang tengah dan juga dapur sudah di matikan. Hanya sinar dari lampu luar lah yang menerangi rumah nya. Kinal menoleh ke arah dapur, mendadak keringat nya keluar dengan sendiri nya. Fikiran nya mulai berfikir yang tidak - tidak. Kinal bergidik ngeri saat mendengar suara langkah. "Mama " panggil Kinal dengan suara pelan. "Papa " lagi, Kinal semakin gelisah. Tidak ada suara lagi. Kinal diam, menatap ke arah dapur. Hingag sekelabat bayangan seorang wanita ia lihat di dinding pintu masuk dapur. Tanpa kata atau apapun lagi, Kinal langsung berlari menaiki anak tangga denga tergesa. Ia langsung mengambil.langkah seribu menuju kamar nya. Sosok wanita yang di fikir Hantu oleh Kinal keluar dari dapur. Veranda, ia mengernyitkan dahi dengan heran melihat seorang laki - lakiberlari di lantai dua. Apa itu Kinal ? Batin nya. Ve kemudian mengendik kan bahu nya tidak acuh. Cklek Brak!! Hah hah hah.. hah.. Napas Kinal tersengal, ia membungkuk di belakang pintu untuk mengatur napas nya. Ia nyalakan lampu kamar dan juga lampu balkon. "Gila, masa rumah gue ada sentan nya " ucap Kinal sendiri dengan napas yang tersengal karena kelelahan berlari. Ia berjalan menuju tempat tidur dan duduk di tepi. Cklek Kinal terhenyak, ia mendengar suara pintu di buka dan di tutup dari luar. Kembali Kinal menelan ludah nya, dan langsung naik kasur, masuk dalam selimut memnutup seluruh tubuh nya. Kinal memang sangat penakut dari kecil. *** Pagi ini, tanpa suara teriakan sang Mama, Kinal sudah bangun lebih dulu. Kini ia berdiri di depan sebuah cermin pintu lemari nya. Tangan nya sedang menalikan dasi nya, dengan tatapan kosong. Ia masih berfikir tentang kejadian semalam. Tapi, ia juga bergidik ngeri sendiri. Kinal menuruni anak tangga dengan sudah siap untuk berangkat. Berjalan menuju ruang makan, yang sudah di penuhi oleh keluarga nya. "Kinal " sapa Tari, sang mama. "Pagi Ma, Pa " sapa nya, ia meraih lembaran roti yang belum di kasoh selai oleh ibunya. "Semalam pulang pagi lagi ?" Tanya Hendri dengan basa - basi. "Biasa Pa " jawab nya santai. "Jangan terlalu di biasain, Nal " Kinal hanya mengangguk kosong akan perhatian yang di berikan Kakek nya. "Sesekali Pa, udah ya. Aku duluan ada tugas yang belum selesai. " pamit Kinal. "Eh, tunggu dulu. Kamu udah ketemu, Ve ?" "Ve ?" Ulang Kinal dengan kerutan di dahi nya. "Iya, putri nya Tante Ningsih sama Om Arya. " jawab Sang Mama. Kinal tampak berfikir, tapi kemudian kembali meneguk s**u coklat nya. "Udah ah, aku berangkat dulu. Udah telat. Kenalan sama anak sahabat Mama dan Papa bisa besok - besok kan ?" Ujar Kinal yang memang sedang di kejar waktu pagi ini. "Nal, tunggu dulu sebentar lagi Ve turun kok, " "Ma, Kinal buru - buru, udah ya? Bye.. muach " ujar Kinal, ia langsung mengecup pipi Mama nya. Dan menyalami sang Papa. Setelah itu ia langsung melesat pergi. Entah kenapa dua orang yang berjarak sangat dekat itu seolah tidak berjodoh, Kinal baru saja keluar rumah saat Veranda menuru ni anak tangga dengan anggun. Ini hari pertama ia akan belajar di kampus baru.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN