Episode 148 : Cemburu?

1663 Kata

Di pinggir tempat tidur, dengan kedua lutut saling menyentuh, Wenny baru saja selesai memerban kedua tangan Pandu. “Harusnya tidak perlu diperban sebesar ini.” Pandu masih saja protes. “Ini terlalu mencolok apalagi lukanya tidak seberapa.” “Biar Mas Pandu selalu ingat padaku. Percaya deh, Pas Mas lihat perban ini, Mas pasti langsung ingat aku.” Kedua mata Wenny masih menatap sendu kedua mata Pandu. Pandu mengerjap berat tanpa bisa melawan. Bahkan, ia membiarkan Wenny bersandar pada dadanya dan perlahan memeluknya erat menggunakan kedua tangan. Melalui lirikan, Pandu mendapati Wenny yang perlahan terpejam dan Pandu yakini Wenny akan tidur. “Tidur yang benar, di tempat tidur.” Pandu sengaja mengingatkan karena tas kerja milik Wenny saja masih dibiarkan di nakas. Memang tidak berantakan,

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN