Setelah berbasa-basi sebentar, Daffa memberi isyarat pada kedua orang tuanya untuk memberikan waktu Raline berdua dengan Kejora.
Daffa sudah mempercayakan Kejora pada Raline. Biarlah Raline berbicara dari hati ke hati dengan Kejora.
"Raline cantik ya Daf," ucap Vera sambil tersenyum menggoda.
"Cantik lah kan cewek," jawabnya sambil terus fokus mengintip Kejora yang tengah duduk berdua di atas ranjang bersama Raline.
"Raline umur berapa?"
"Tadi sih katanya 24 tahun."
"Mama lihat kamu dan Kejora udah dekat banget sama dia sampai liburan bareng pakai baju couple."
Daffa menegakkan tubuhnya dan menatap mamanya dengan tatapan kesal. "Itu Kejora yang mau, ma, aku sama Raline cuma nurut maunya anak kecil."
"Iya iyaa nggak usah ngegas gitu dong, yuk ke depan aja jangan ngintip mereka disini, kalau ketahuan Jora dia bisa tambah ngambek sama kamu!" Vera menyeret Daffa menjauh dan mendudukkannya di sofa depan tivi.
"Setelah ini jangan pernah ulangin kesalahan yang sama, tau sendiri kan gimana anak kamu kalau udah marah besar?"
"Iya mama Vera!" Jawab Daffa dengan penuh penekanan.
"Hihh! kadang mama tuh kasian tapi kadang ngeselin banget." Vera mencubit keras pipi Daffa seperti anak kecil.
"Mama apa sih! sakit tau."
Vera tertawa dan meminta maaf pada Daffa. "Mama selalu berdoa yang terbaik buat kamu dan Kejora, Daf. Entah Raya atau wanita lain intinya kamu dan Kejora harus selalu bahagia."
"Harus sama Raya."
Vera tersenyum dan mengusap rambut putranya, "iya, semoga Raya cepat ada kabar ya."
***
Sedangkan di dalam kamar Raline tengah mengusap kening Kejora lembut. Gadis yang selalu banyak bicara, kini mendadak menjadi pendiam.
"Bu Aline Jola mau duduk."
Raline mengangguk dan menatakan beberapa bantal untuk sandaran Kejora.
"Jora mau makan buah?" Tawar Raline.
"Jola mau jeluk bu Aline."
"Bentar ya bu Aline kupasin dulu." Raline mengambil jeruk di dalam keranjang buah yang tersedia rapi di atas nakas samping ranjang.
"Kepala Jora masih pusing?" Tanya Raline sambil menyuapi Kejora.
Kejora menggeleng pelan. "Jola udah nggak pusing, tapi badan Jola lemes."
"Semoga besok Jora sudah sembuh dan masuk sekolah ya, kan hari jumat waktunya kita jalan-jalan ke taman."
"Iya bu Aline, doakan Jola ya."
Raline tersenyum dam mengacak lembut puncak kepala Kejora. "Pasti sayang, bu Aline selalu doain kesembuhan kamu."
Kejora tersenyum tipis dan memeluk tubuh Raline dari samping. "Jola sayang sama bu Aline."
"Bu Aline juga sayang sama Kejora. Jadi anak yang baik ya, selalu berbakti sama orang tua, dan nggak boleh marah lama-lama sama orang tua."
Kejora mendongak dan menatap Aline cukup lama. "Malah sama olang tua itu dosa besal ya?"
"Iya, kita nggak boleh marah-marah sama orang tua karena orang tua kita yang sudah merawat kita dari kecil, dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan kita. Jadi, anak nggak boleh marah-marah sama orang tua."
"Tapi kenapa olang tua selalu malah-malah sama kita?"
Raline terkekeh dan mengangkat tubuh Kejora ke pangkuannya agar dia lebih dekat dengan anak itu.
"Kalau orang tua sampai marah pasti ada sebabnya sayang. Bu Aline juga sering banget dimarahin Ayah, tapi setelah itu bu Aline sadar kalau bu Aline ngelakuin kesalahan sampai buat Ayah bu Aline marah."
Kejora terlihat sangat menyimak ucapan Raline yang terdengar lembut di telinganya. "Belalti kalau daddy sampai malah-malah Jola ngelakuin kesalahan?"
"Coba diingat-ingat Kejora merasa melakukan kesalahan atau enggak? karena orang tua nggak akan marah kalau kita nggak nakal dan menurut. Apalagi daddy kan sayang banget sama Jora."
Kejora mulai berfikir dan mengingat-ingat kesalahannya pada sang daddy.
"Kemalin Jola minta foto kelualga buat tugas sekolah yang bu Aline kasih." Kejora menjeda ucapannya dan kembali mengingat-ingat kejadian kemarin.
"Setelah itu?"
"Jola ngeyel mau foto sama mommy."
"Itu yang bikin daddy kesel, Jora tetap ngeyel padahal daddy sudah sering bilang kalau mommy belum bisa berkumpul lagi dengan daddy dan Jora."
"Tapi Jola pengen ketemu mommy bu Aline, Jola mau kayak teman yang lain foto kelualganya lengkap nggak cuma sama daddy aja."
Raline tersenyum dan mencoba membuat Kejora lebih rileks agar gadis kecil itu tidak terbawa emosi lagi.
"Siapa bilang Jora cuma bisa foto sama daddy, Jora kan punya oma, punya opa, punya tante Dea, dan adik kembar Jora. Mereka semua keluarga Jora, jadi jangan berfikir Jora cuma punya daddy."
"Tapi daddy kemalin bentak Jola, daddy juga bilang nggak mau punya anak yang suka lewel, telus Jola nggak boleh ikut daddy lagi. Jola takut bu Aline."
Mendengar cerita terakhir Kejora, Raline langsung terdiam karena kata-kata Daffa terdengar sangat menyakitkan meski dia hanya mendengar dari Kejora.
"Daddy udah nggak marah lagi kok sama Jora, malah daddy pengen banget temenin Kejora disini, tapi Jora nggak mau ditemenin daddy." Raline tetap berusaha menjawab Kejora meski sebenarnya dia juga bingung memilih kata-kata yang tepat.
"Jola masih malah sama daddy bu Aline, daddy selalu ninggalin Jola sendili telus suka alasan kalau ditanya mommy."
Untung Raline sudah sering menghadapi anak-anak yang suka ngeyel dan tetap tidak paham meski sudah dijelaskan berkali-kali.
"Iya sayang bu Aline ngerti gimana rasanya, tapi Jora harus tau kalau daddy selalu berusaha bahagian Kejora dengan terus bekerja siang dan malam."
"Tapi kalau daddy masih malah gimana? Jola nggak mau minta maaf duluan kalau begitu!"
"Ehhh ... nggak boleh gitu sayang, daddy sudah nggak marah kok jadi Jora nanti minta maaf sama daddy ya."
Kejora terlihat cemberut dan terpaksa mengangguk.
"Tapi Jola masih malah sama daddy. Jola masih kesel banget."
Raline terkekeh mendengar celotehan Kejora yang terdengar pelan namun jelas dipendengarannya.
"Oh iya, untuk tugas membawa foto ke sekolah Kejora bisa bawa foto apapun."
"Nggak mau bu Aline, Jola mau foto lagi nanti bu Aline ikut ya."
Raline hanya tertawa menanggapi ucapan Kejora yang masih anak-anak dan sesuka hatinya.
"Kok ibu harus ikut, kenapa?"
"Gantinya mommy, kan bu Aline juga ibu Jola, ibu waktu disekolah."
"Wah nanti kalau mommy marah gimana kalau tempatnya bu Aline isi."
"Enggak malah bu Aline, kan mommy nggak tau. Pokoknya nanti Jola bilang ke daddy kalau bu Aline ikut foto belsama."
Raline tak terlalu memperhatikan keinginan Kejora karena pikiran anak kecil terkadang suka berubah-ubah.
"Yasudah, Jora mau ibu temenin minta maaf sama daddy?"
Kejora terdiam dan mulai berfikir cukup lama. "Tapi bu Aline jangan pelgi ya, Jola masih takut kalau daddy malah-malah lagi."
"Yasudah yuk, kita ketemu daddy." Raline mengangkat tubuh Kejora ke gendongannya dan membawanya keluar kamar untuk menemui Daffa.
Lucunya, saat sudah berada di depan daddy-nya Kejora mendadak tidak berkutik dan diam saja membuat Daffa kebingungan.
"Ayo, katanya mau minta maaf sama daddy."
Kejora mendekatkan mulutnya ke telinga Raline dan berbisik pelan. "Daddy cuma diam aja, bu Aline."
Raline balik membisiki Kejora untuk menjawab ucapannya. "Jora kan belum bicara, ayo minta maaf sekarang."
"Daddy ...." Kejora mulai membuka suaranya meski terdengar sangat pelan dan tak berani menatap mata daddy-nya.
"Iya sayang?" Jawab Daffa penuh kesabaran.
Kejora mendongak dan menatap daddy-nya. "Maafin Kejola ya, dad."
Daffa tersenyum lebar dan mengambil alih tubuh Kejora yang masih digendongan Raline. "Jora udah nggak marah sama daddy?"
Kejora menggeleng dan mencium pipi Daffa, "kata bu Aline nggak boleh malah-malan sama daddy, nanti dosa."
"Maafin daddy juga ya, daddy nggak akan kayak kemarin lagi."
Daffa memeluk erat tubuh Daffa dan mencium puncak kepalanya berkali-kali.
"Raline, terimakasih banyak," ucap Daffa pada Raline yang duduk di sampingnya.
Raline mengangguk, dia juga ikut senang melihat Daffa dan Kejora kembali rukun seperti sedia kala.
"Daddy, Jola nggak apa-apa bawa foto yang nggak ada mommy."
"Iya sayang besok kita foto bersama."
Kejora mengangguk dan kembali bermanja pada daddy-nya.
"Nanti bobok sama daddy ya?"
"Iya daddy."
Kini Daffa benar-benar bisa bernafas lega, Kejora sudah memaafkannya dan rasa bersalahnya mulai terkikis.
Ini semua berkat Raline, guru TK itu benar-benar mampu menyentuh hati putrinya yang terkadang sangat keras.
***