Setelah mengantar Raline sampai rumah dengan selamat, Daffa melajukan mobilnya kembali menuju kediaman Kakaknya karena Kejora sudah kangen berat dengan kedua adik kembarnya.
Di pinggir jalan Daffa mampir dulu ke swalayan yang menjual kebutuhan bayi dan juga mainan. Ia dan Kejora akan membelikan kado untuk si kembar yang hari ini genap berumur tiga bulan.
Daffa dan Kejora memilih hadiahnya sendiri-sendiri untuk di berikan pada baby Aldelo dan baby Adela kesayangan Kejora.
"Daddy, yang banyak ini buat adik La, yang sedikit ini buat adik Al." Kejora menunjuk barang-barang mereka yang sudah berada di kasir dan langsung dibungkus kertas kado.
"Kok punya adik Al cuma sedikit?"
"Adik kesayangan Jola kan adik La."
Daffa hanya terkekeh dan menuruti kemauan putrinya.
Setelah beberapa saat akhirnya pegawai yang membungkus hadiah mereka selesai.
"Yeyy ... adik kembar pasti senang banget," ucap Kejora saat keluar dari dalam toko dengan gembira.
***
Kini mobil Daffa sudah terparkir rapi di depan rumah kakaknya yang sudah hampir setengah bulan tak ia kunjungi karena alasan kesibukan dan juga malas terus-terusan dikenalkan dengan berbagai wanita yang tak dia kenal.
"Hati-hati Kejora jangan lari." Peringatnya karena Kejora langsung berlarian dengan riang masuk ke dalam rumah.
"Mama Dea, Papa, kak Alfa, adik kembal, Jola cantik datang!!!!" Teriaknya dengan lantang saat pintu utama berhasil ia buka dengan sempurna.
Dari arah belakang Deva menyambut keponakan cantiknya dengan senyuman lebar.
"Papa kira Jora sudah lupa sama Papa." Deva mengangkat tubuh Kejora ke gendongannya dan mencium kedua pipinya gemas.
"Ihhh ... Jola nggak lupa, daddy aja yang nggak pelnah ajak Jola main kesini."
"Daddy lagi yang disalahin, kan Jora nggak ngajak jadi daddy nggak tau kalau Jora mah kesini." Protes Daffa yang sudah berada bersama mereka.
"Yasudah ke belakang yuk, adik kembar belum tidur tuh."
Kejora kegirangan dan tak sabar bertemu dengan adik-adik kesayangannya.
"Halo cantik ...." Daffa langsung mengambil alih baby Adela dari pangkuan Dea dan menggendongnya.
"Daddy itu adik Jola!!" Teriak Kejora tak terima.
Daffa tak menggubris dan terus menghujami pipi gembil Adela dengan ciuman.
"Yaudah, Jola sama mama Dea aja." Kejora langsung memeluk tubuh Dea erat saking rindunya.
"Mama kangen Jora nggak pernah kesini," ungkap Dea jujur. Dulu sebelum si kembar lahir dia rutin bertemu dengan Kejora atau sekedar membantu Daffa mengasuhnya.
"Jola juga kangen tau, daddy tuh yang nakal nggak mau ajak Jola kesini."
"Daddy lagi yang disalahin," jawab Daffa dengan nada pasrah karena saat bersama Dea dan Deva, Kejora mendadak memusuhinya.
"Oh iya, Jola sama daddy bawa hadiah loh buat adik kembal." Kejora turun dari pangkuan Dea dan mengambil seluruh kado yang Daffa letakkan begitu saja di atas sofa.
"Wah banyak banget, terimakasih kakak Jora," ucap Dea sambil mencium pipi Kejora.
"Sama-sama mama, besok mama sama papa ganti beliin kado buat Jola ya."
Deva dan Dea tertawa bersama karena kepolosan Kejora.
"Nggak ikhlas itu namanya!" Celetuk Alfa yang baru saja bergabung dengan mereka.
"Bialin! bilang aja kak alfa ili kalena nggak dibeliin kado!" Kejora menjulurkan lidahnya meledek balik Alfa.
"Kata siapa nggal dibeliin, kamu nggak tau aja kalau kemarin kakak baru dibeliin PS daddy kamu."
Kejora langsung cemberut dan memandang ayahnya sinis. "Daddy! kak Alfa bohong kan?"
Daffa hanya bisa menahan tawanya melihat ekspresi kesal putrinya. "Kan Jola tau sendiri kalau kak Alfa itu nggak pernah bohong."
Kejora semakin cemberut dan melompat ke pangkuan Dea dan memulai pengaduannya. "Mama semuanya nakalin Jola."
"Nanti biar mereka mama jewer ya."
Kejora mengangguk dan mengeluarkan ekspresi memelasnya.
"Aku kira kalian ikut mama sama papa kepuncak," ucap Deva.
"Nggak, disana nggak asik." Jawab Daffa jujur.
"Nggak asik atau malas ditanyain istri?" Ledek Dea.
"Semuanya."
"Terus cewek yang kamu ajak liburan sama Kejora tadi siapa?" Pancing Dea karena tadi Kejora sempat mengirimkan sebuah pesan gambar padanya tanpa ada keterangan.
"Oh yang tadi? itu guru TK Kejora."
"Guru apa guru, hahaha ...." Deva dan Dea kompak meledek Daffa.
"Tanya aja tuh sama anaknya."
"Jora tadi ke kebun binatang sama siapa?" Tanya Dea.
"Sama bu Aline, ma."
"Bu Aline itu siapa?"
"Ibu gulu Kejola di sekolah, dia baik, cantik, pintal, nggak pelnah malah-malah, pokoknya bikin Kejola suka banget sama bu Aline."
Dava dan Dea lalu berpandangan dan saling melempar senyum. "Ayo buruan di pepet, tunggu apa lagi sih kamu."
Daffa berdecak keras dan mulai merasa malas kalau mereka sudah mulai membicarakan perempuan.
"Jora mau nggak punya mommy kayak bu Aline?" Tanya Deva semakin berani.
"Mau sih, tapi kan Jola masih punya mommy."
Deva dan Dea langsung kicep seketika mendengar jawaban polos keponakannya.
"Yasudah nggak usah dibahas lagi, kita main sama adek Al aja." Dea mengalihkan pembicaraan karena takut Kejora akan terpancing dan terus menerus menanyakan Raya yang tak ia ketahui keberadaannya.
"Hati-hati kalau bicara sama Jora, dia makin ngerti sekarang," ucap Daffa memperingati dua kakaknya yang terkadang masih lalai dalam berucap sesuatu.
"Iya, iya, maafin kami ya," jawab Deva.
Daffa mengangguk dan duduk di samping Deva sambil memangku baby Adela.
"Kak, besok bisa jemput Kejora nggak?" Tanya Daffa pada Dea.
"Tumben, kamu mau kemana?"
"Mau ada acar di luar kota sebentar."
"Daddy Jola ikut." Sahut Kejora saat tak sengaja mendengar percakapan daddy-nya.
"Daddy cuma sebentar sayang lain kali aja ikutnya, besok Jora harus masuk sekolah."
"Jola mau ikut daddy!!"
"Jora ...."
Kejora langsung diam saat mendengar suara mengerikkan yang Deva keluarkan.
"Papa pernah bilang apa sama kamu, selain jadi anak yang penurut, Kejora nggak boleh membangkang sama orang tua termasuk sama daddy."
Kejora cemberut dan kembali bergelendot manja di lengan Dea.
"Kejola nanti bobok sama mama papa, nggak mau pulang!"
"Tuh kan kumat manjanya!" ucap Daffa.
"Udah lah nggak apa-apa, ranjang kita luas kok." Balas Dea.
"Yaudah kalau begitu aku mau keluar dulu, nitip Kejora ya."
"Mau kemana lagi malam-malam begini?"
"Kumpul sama temen bentar mumpung Jora anteng."
Dea mengangguk dan membiarkan Daffa keluar dan menikmati waktu senggangnya karena hari-harinya selalu disibukkan oleh pekerjaan dan juga mengasuh Kejora seorang diri.
"Jora disini dulu ya, daddy mau keluar sebentar."
"Daddy mau kemana? Jola nggak boleh ikut?"
"Kamu disini aja ya katanya kangen sama adik kembar."
"Yaudah deh."
Sebelum pergi Daffa mengecup kening putrinya cukup lama dan memberinya pesan agar tidak nakal dan merepotkan Dea dan Deva.
Setelah kepergian ayahnya Kejora cukup anteng bermain dengan dua bayi kembar yang sama-sama ditidurkan di atas karpet bayi. Sedangkan Dea dan Deva hanya memantau mereka sambil mengobrol santai.
"Mas, kalau dipikir-pikir kita nggak boleh terlalu memaksa Daffa untuk melupakan masa lalunya dan mencari wanita lain."
"Tapi apa yang bisa diharapin lagi? sudah 4 tahun lebih dia nggak ada kabar sama sekali."
Dea menyandarkan kepalanya di bahu Deva. Dea tak pernah membayangkan bagaimana kalau dirinya berada di posisi Daffa saat ini. Hidup dengan bayang-bayang masalalu, menjadi single daddy, dan tidak bisa bebas kemana-mana.
"Yang aku takutin dari dulu cuma satu."
Dea mendongak dan menunggu ucapan suaminya yang menggantung. "Apa, mas?"
"Kalau Raya nggak akan pernah kembali dan Kejora sudah terlanjur menganggap Raya masih ada. Dia pasti hancur banget saat tau masalah yang sebenarnya."
Dea meremas lengan suaminya. Bukan hanya hati Kejora yang hancur, tapi hatinya juga ikut hancur saat melihat Kejora bersedih dan menangis.
"Makanya dari Kejora kecil aku udah gatel banget pingin adobsi dia meski dia anak adik aku."
Tanpa sadar satu tetes air mata meluncur begitu saja dari pelupuk mata Dea. Setiap kali dirinya dan Deva membahas tentang kelangsungan hidup Kejora dia selalu baper dan menangis.
Dengan cepat Deva langsung mengusap air mata istrinya agar tidak ketahuan Kejora atau Alfa.
"Sebenarnya aku nggak pernah keberatan kalau Daffa mau titipin Kejora ke aku, tapi adik kamu sekarang beda semenjak kembar lahir."
"Dia sungkan, dulu pernah ngomong sama aku."
Dea berdecak dan kembali menjatuhkan air matanya.
"Sungkan kenapa lagi sih! Kejora juga sudah anggap aku mamanya."
"Sayang, kendaliin diri kamu." Deva terus memperingati Dea yang semakin emosional.
"Raya ... Raya ... andai kamu masih disini, hidup Daffa dan Kejora pasti nggak akan seperti ini."
"Reza emang sialan!" umpat Deva cukup keras sampai Kejora menoleh ke arah mereka.
"Papa malah sama siapa?" Tanya Kejora dengan polosnya.
"Enggak sayang, papa nggak marah sama siapa-siapa kok."
"Benelan?"
"Iya Kejora."
"Kol mama nangis, pasti dimalahin papa!!" Wajah Kejora berubah galak dan langsung mencubit kuat lengan Deva karena menganggap sudah menyakiti Dea.
"Aww!! kok papa di cubit sih."
"Papa nakal!"
Dea yang masih sibuk mengusap air matanya tertawa melihat Kejora menganiaya suaminya.
"Jora sini nak." Dea mengangkat tubuh Kejora ke pangkuannya. "Papa nggak marah sama siapa-siapa kok."
"Kalau nggak malah telus kenapa mama nangis?"
"Mama sedih soalnya perut mama lapar banget." Dea memasang ekspresi cemberut.
"Mama makan sekalang ya, nanti Jola suapin mama."
Dea tersenyum dan mencium gemas pipi Kejora. "Nanti aja sayang, adik kembar kan belum bobok nanti kalau mama tinggal mereka nangis."
"Adik kembal tidulnya masih lama ya?"
"Enggak kok, nanti kalau udah di gendong mereka pasti tidur."
Kejora mengangguk paham dan segera turun dari atas pangkuan Dea. "Yasudah, mama gendong adik dulu bial bisa cepat makan."
"Sebentar ya, mama sama papa gendong adik dulu, Jora duduk disini aja sambil nonton tv."
Kejora menurut dan tak berkutik sama sekali dari tempat duduknya.
***