Kaluna berlari kecil menuju ke parkiran depan kampus. Dia tidak mau sampai Anggara menghubunginya lagi dan menaruh curiga karena dia terlambat. Dari kejauhan dilihatnya Anggara baru saja masuk kembali ke mobilnya. Karena kaca depan cukup gelap, maka setelah semakin dekat barulah Kaluna bisa melih lebih jelas. Anggara terlihat sedang menunduk, fokus pada layar handphone. Detik kemudian handphone Kaluna berdering, dia tahu pasti kalau itu adalah Anggara yang menelepon. “Huh! Dasar nggak sabaran!” desis Kaluna seraya terus berjalan mendekati mobil. Dengan penuh percaya diri Kaluna membuka pintu mobil penumpang depan, tapi ternyata terkunci. Anggara sendiri langsung menoleh dan mengernyit keheranan. Dia agak menundukkan kepalanya supaya bisa melihat siapa yang sudah berusaha membuka pintu

