Kaluna menggeleng dengan kencang. Dia sungguh ketakutan bercampur bingung. Segala pikiran buruk selalu menghantui saat dalam situasi seperti ini. Dia tidak ingin ada orang lain yang mnegetahui masalah di dalam keluarganya. Sebab dia hanya tidak mau mempertaruhkan keselamatan mamanya. “Kal!” “Nggak!” Air mata Kaluna mengalir. Akhirnya dia tidak menahan tangisnya lagi. Kali ini benar-benar tumpah. Kaluna menangis sejadi-jadinya, sampai Anggara terdiam karena tidak mengira akan melihat Kaluna menangis sampai seperti itu. Tanpa bertanya apa-apa lagi, Anggara perlahan menarik tubuh ramping Kaluna ke pelukannya. Membiarkan gadis itu melampiaskan segala sesak di hatinya. Anggara mencoba menenangkan dengan mengusap punggung Kaluna dengan lembut. Setelah merasa puas menangis dalam pelukan Angga

