“Ya sudah, besok Pa.” Kaluna asal menjawab saja. Padahal dia belum bisa memastikan apakah besok sudah punya uang untuk membelikan papanya handphone baru. “Kalau begitu, tidak ada makan malam untukmu dan mamamu. Karena malam ini, mau sudah membuat Papa kecewa!” Kinara langsung tersenyum mencibir mendengar itu. Kelihatan sekali dia puas mendengar ucapan papanya. Sedangkan Kaluna, sakit sekali hatinya mendengar itu. Dia tidak memikirkan dirinya sendiri. Baginya sudah biasa tidak mendapat makan malam, asalkan mamanya bisa makan tiga kali sehari dan tepat waktu. “Pa, jangan begitu! Bagaimana mama bisa minum obat kalau belum makan malam? Kasihan mama dong, Pa.” Raut wajah Kaluna begitu memelas. “Ya salah kamu sendiri, nggak menurut apa yang Papa bilang. Contoh nih kakakmu, yang selalu menu

