“Om, kita mau ke penthousenya Om Angga?” Anggara yang sedang fokus menyetir menoleh sebentar pada Kaluna. “Iya. Sementara waktu tinggal di penthouse saya adalah tempat teraman untuk kamu dan mamamu. Lagipula … sebentar lagi kita akan menikah, kan.” “Ohh … i—iya sih.” Kaluna terdiam. Sebenarnya dia ragu karena sungkan sekali harus tinggal satu atap dengan Anggara, meskipun mereka sebentar lagi akan menikah. Kaluna menoleh ke kursi belakang. Dilihatnya sang mama sedang duduk bersandar dan hanya diam sedari tadi. Mamanya menatap kosong ke arah luar kaca jendela. Kaluna menghela napas dalam, dengan perasaannya yang miris. Sesampainya di parkiran apartement, Kaluna melihat mamanya masih dalam posisi sama seperti tadi. Anggara menatap Kaluna dengan agak cemas. “Mama mu tidak apa-apa?” Kalu

