Kedua alis Kinara naik perlahan dan bola matanya membulat sempurna. Kinara sangat tertarik pada ucapan Nayaka. Senyumannya perlahan mulai mengembang. Dia tidak menyangka sama sekali bagaikan mendapat percikan air segar di tengah terik matahari. “Be—benarkah begitu?” Suara Kinara pelan dan masih agak ragu. Nayaka mengangguk dengan yakin. “Benar sekali! Aku dan kamu dipertemukan saat ini, di waktu yang tidak terlambat.” Kemudian Nayaka melirik ke arah meja tempat berlangsungnya akad nikah. Di sana masih tampak prosesi akad yang belum selesai. Kedua mempelai pengantin sedang berfoto dengan memegang buku nikah. Nayaka tersenyum miring melihat itu. “Mereka masih pengantin baru, dan Kaluna masih sangat muda. Aku rasa, itu adalah keberuntungan untuk kita. Pengantin baru biasanya akan mudah s

