“Jadi, siap panggil aku dengan Mas Angga? Atau … panggil saja sayangku.” “Mas Angga,” jawab Kaluna dengan cepat. Angga tersenyum. “Yahh oke lah, sambil sedikit-sedikit belajar panggil sayang, ya.” Anggara mengedipkan sebelah matanya. Kaluna sungguh heran, sebab Anggara yang dikenalnya selama ini adalah pria dengan sikap dingin seperti batu es dan sangat pendiam. Hanya bicara untuk hal-hal penting saja. Sejak pertama bertemu, jika mereka sedang berdua, Anggara dapat dipastikan akan menjadi pendengar setia Kaluna yang cerewet. Namun sekarang? Setelah akad nikah yang baru saja digelar satu jam lalu, Anggara justru menjadi cerewet bahkan suka menggoda Kaluna, di saat Kaluna sendiri menjadi diam tak berkutik. Keadaan seperti berbalik seratus delapan puluh derajat. Anggara dan Kaluna telah

