CHAPTER 2

980 Kata
Farica membersihkan Apartemen yang akan dia tinggali selama di negara ini, menyusun barang-barangnya setelah itu pergi membersihkan dirinya lalu keluar untuk membeli perlengkapan alat rumah dan bahan makanan.  Farica berjalan menuju ke Supermarket yang dekat di Apartemennya, dia berencana membuat makanan untuk Aurel dan kekasihnya sebagai ucapan tanda terima kasih karena telah membantunya. Farica menekan bel Apartemen Aurel, saat pintu terbuka, Farica mendapati Aurel yang membuka pintunya. Dengan senyum lebar Farica menyapanya, "Hei! Aku membuatkan kalian ini sebagai tanda terima kasihku." ucap Farica sambil memberikan sepiring makanan buatannya untuk Aurel. "Terima kasih, masuklah!" ucap Aurel dengan senyum cantiknya mempersilahkan Farica masuk. "Apa kamu menyukai tempat tinggalmu?" tanya Aurel sambil memberikan segelas minuman untuk Farica. "Aku menyukainya, terima kasih sudah membantuku." ujar Farica dengan senyum yang lebar. "Jadi apa yang akan kamu lakukan besok?" "Aku ingin mengelilingi kota dulu sambil mencari kerja" "Ah.. Di tempatku ada lowongan kerja, apa kamu ingin mencoba melamar di sana?" "Benarkah! Wah.. Terima kasih banyak. Kamu begitu baik kepadaku, padahal kita baru saja berteman. Aku merasa sungguh merepotkanmu." ujar Farica dengan wajah terharu memeluk Aurel begitu erat. "Ini gunanya teman bukan?" ucap Aurel yang mendapatkan anggukan kepala Farica. "Datanglah besok ke Hotel ini setelah kamu puas berjalan-jalan." menyerahkan sebuah kertas yang telah di tulis oleh Aurel. "Empire Hotel." yang dibaca Farica, "Terima kasih." **** Besoknya, Farica dengan semangatnya keluar dari Apartemen untuk mengelilingi beberapa tempat dari kota London ini. Farica menikmati keindahan London dengan berfoto ria dan menikmati berbagai makanan setelah itu dirinya pergi menuju Hotel Empire untuk melamar pekerjaan. Farica menelepon Aurel mengatakan padanya bahwa dirinya sudah berada di bawah. Tak lama kemudian Aurel menghampiri Farica dan membawanya ke bagian HRD. "Selamat Farica, kamu di terima bekerja di sini." ucap Aurel sambil memeluk Farica. Kini mereka bukan hanya sebagai tetangga tetapi juga sebagai rekan kerja. "Terima kasih Aurel, semua itu berkatmu. Aku tidak tahu harus bagaimana berterima kasih kepadamu, terima kasih banyak Aurel" "It's okay Far, nikmatilah waktumu hari ini karena besok adalah hari pertamamu untuk bekerja" Farica menganggukan kepalanya dan berkata "Baiklah aku pamit dulu." ***** Hari ini, hari dimana Farica bekerja di Hotel ternama di London. Farica bekerja sebagai Front office dimana dia akan melayani tamu untuk check in maupun pemesanan Hotel. Di hari pertama bekerja dirinya mendapat pujian dari atasan karena dirinya yang begitu cepat belajar menangkapi semua yang di ajarkan semua.  Ini sudah seminggu Farica bekerja di Hotel bintang lima itu, Farica mulai nyaman dengan pekerjaan ini dan akrab dengan rekan kerjanya. Malam harinya Aurel mengajak Farica untuk pergi minum bersama kekasihnya, mereka minum hingga mabuk dan saat keesokan harinya, Farica yang terbangun dari tidurnya mendapati kepalanya yang pusing menatap ke arah jam. Dirinya begitu terkejut dan langsung loncat dari ranjangnya menuju kamar mandi, dia terlambat!  "Gawat! Aku terlambat masuk kerja! Dasar alkohol sialan!" umpat Farica yang tergesa-gesa memakai pakaiannya hingga dirinya tidak sempat memake up wajahnya.  Farica meraih sepatu hak tingginya di tangan dan langsung memakai sandal rumahnya bergegas keluar dari Apartemen. Dirinya mencari taksi, biarkan hari ini dia memakai jasa taksi karena pekerjaannya lebih penting. Jika dirinya tidak di pecat maka uang yang di bayar taksi anggap berdana.  Setelah sampai di Hotel, dirinya langsung berlari untuk masuk ke dalam tanpa menghiraukan orang-orang yang melihatnya. Saat mau memasuki lobby hotel, dirinya di cegat oleh pria berjas hitam. "Maaf, anda harus kami periksa terlebih dahulu?" ujar Pria berjas hitam tersebut. "Tapi.. Aku adalah karyawan Hotel untuk apa saya di periksa?" tanya Farica yang ingin menerobos masuk tetapi di hadang oleh pria berbadan besar itu. "Maaf Nona, tetapi kita harus memeriksa tubuh anda terlebih dahulu" "Emangnya ada apa sih? Kenapa sampai harus periksa segala? Kayaknya semalam tidak ada pemberitahuan bahwa hari ini ada pemeriksaan sebelum masuk ke dalam Hotel?" Murka Farica yang begitu emosi kepada pria berjas hitam tersebut. "Jika anda mengaku karyawan Hotel ini harusnya anda tahu bahwa hari ini ada tamu penting yang datang di Hotel ini?" "Tamu penting? Siapa? Kenapa aku tidak tahu?" tanya Farica, dirinya tidak tahu bahwa ada tamu penting yang akan datang di Hotel Empire. Farica mencoba berpikir kembali, apa ada diberitahukan kepadanya bahwa ada tamu penting yang hadir? Tiba-tiba wajah Farica berubah pucat, dirinya lupa bahwa memang benar ada tamu penting yang hadir hari ini. Farica langsung menatap pria berjas hitam itu dan langsung menyuruhnya memeriksa tubuhnya dengan cepat. Setelah itu dirinya langsung menuju Front desk menyapa rekan kerjanya, "Dimana saja kamu Far? Kamu lihat jam berapa ini? Hari ini kita ada tamu penting dan kamu datang terlambat, entah bagaimana nasibmu saat menghadapi Madam Olive?" ucap Wendy menatapnya dengan wajah kasihan. "Aku tahu Wen, doakan saja agar Madam Olive tidak memecatku." ujar Farica yang langsung menuju ruang ganti untuk mengganti seragamnya dan segera menghadap Olive, atasannya itu. Farica berjalan menuju keberadaan Olive, Olive yang melihat Farica sudah datang langsung menariknya menuju tempat yang sepi untuk menegurnya dan memarahinya.  "Ini peringatan pertama buat kamu! Jangan lakukan lagi untuk kedua kali, mengerti!" murka Olive. "Saya mengerti, maafkan saya." ucap Farica kepada Olive. Saat seorang Bulter melewati mereka, Bulter itu menyuruh Olive untuk membersihkan ruangan yang mereka gunakan setelah selesai. Olive menganggukan kepalanya, setelah Bulter itu pergi, Olive memerintahkan Farica untuk melakukannya, itu sebagai hukuman untuknya karena terlambat dalam hari penting ini. Farica yang berada di luar ruangan itu menunggu perintah dari Bulter untuk menyuruhnya masuk ke dalam. Saat Bulter keluar dari ruangan itu, dirinya terkejut mendapatkan Farica yang berada di sana bukanlah Olive. "Dimana Olive? Kenapa kamu yang ada disini?" tanya Bulter menatap Farica yang ada di depannya.  "Itu, Madam Olive menyuruhku untuk menggantikannya karena dirinya sedang sakit perut. Yah, dirinya mengatakan bahwa perutnya sakit." bohong Farica kepada Bulter tersebut.  "Baiklah, masukklah kedalam. Pertemuan itu akan selesai, tanyakan kepada tamu kita, apakah mereka ingin meminum minumannya lagi dan memakan makananya? Jika tidak, maka bereskan makanan dan minuman itu, mengerti?" ucap Butler itu dengan tegas. "Mengerti Sir." jawab Farica sambil menundukkan kepalanya. "Ingat! Jangan buat kesalahan jika kamu masih sayang dengan nyawamu sendiri." ucap Bulter tersebut memperingati Farica sehingga membuat Farica merasa takut dengan tamu yang ada di dalam.  "Siapa tamu yang ada di dalam? Kenapa Bulter tersebut sampai memperingatinya bahwa jika dirinya melakukan kesalah maka nyawanya sebagai taruhannya?" gumam Farica di dalam hatinya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN