Di ruang rawat Devan, Mama Wendi dan Papa Frans mulai mempersiapkan sang putra untuk dibawa pulang. Belum ada dokter yang masuk, hanya perawat yang berjaga di sisi tiang infus untuk memeriksa tekanan aliran cairan tersebut. "Ini botol terakhir. Setelah itu, saya akan melepasnya dan Anda bisa beristirahat di rumah, Pak Devan," ujar sang perawat. Lantas, perawat itu pergi dan membiarkan Devan menghabiskan waktu dengan keluarganya. Devan hening sesaat. Teringat perkataan Eunha tentang Arka. Dia pun begitu penasaran dengan kebenaran cerita itu. "Pa, Ma!" Papa Frans menoleh pada Devan dan meletakkan ponsel-nya di saku. "Iya, Dev? Ada apa?" Untuk beberapa saat, Devan membisu. Dia menyingkap selimut dan duduk di atas kasur. Diambilnya bantal untuk menahan lengannya yang tertaut jarum infus.

