Melihat reaksi beku Devan, Eunha tak tahu harus bicara apa lagi. Pria itu mencoba tersenyum di saat rasa sakitnya. "Lo benar. Mungkin lo juga salah paham dengan perasaan lo sendiri. Dari awal gue udah bilang, mungkin lo cuma kasihan sama gue, bukan cinta. Gue yang terlalu bermimpi. Pergilah! Nggak ada lagi yang harus kita bicarakan." Sikap Devan begitu dingin. Eunha yang memutuskan hubungan, tapi dialah yang menangis terisak. Dia membalikkan badan dan melangkah meninggalkan kamar Devan. Setelah Eunha pergi, Devan berjalan menuju kasur. Menertawakan rasa sakit hatinya saat ini. ‘Ini nggak adil, Tuhan. Hidupku cuma sebatas papan permainan bagi mereka. Mereka bisa manfaatin perasaan seseorang yang hancur sepertiku. Seperti mata dadu, mereka melemparkan kebahagiaanku dan membolak-baliknya s

