Devan semakin meradang, bibir Arka pun kian terkatup rapat. Tak ada yang mengharapkan perpecahan ini. "Jangan gitu, Dev. Selama ini, Arka udah berjuang demi kamu. Dia ngambil kuliah kedokteran cuma untuk nyembuhin kamu. Itu cita-cita terbesarnya, Nak," lirih Papa Frans. "Nggak, aku nggak mau dia jadi dokterku lagi! Papa nyerahin hidupku sama dokter yang nggak bertanggung jawab kayak dia? Apa nyawaku nggak berarti buat Papa? Kalau Papa tetap bersikeras untuk biarin Arka nanganin aku, lebih baik aku mati daripada harus ditangani sama dokter ceroboh kayak dia. Itu, kan, yang Papa mau? Lebih baik aku mati?" Satu tamparan akhirnya melesat ke pipi Devan. Semua orang bungkam. Mereka tak menyangka Papa Frans bisa mengambil tindakan itu. Bahkan, Arka tak mengira papanya bisa sekasar itu pada put

