Eunha mulai berbaring di sisi Devan. Lengan hangat pria itu merengkuh bahunya. Tak banyak bicara seperti sebelumnya, mereka justru larut dalam keheningan cinta mereka. Eunha merasa gugup saat bersandar dalam dekapan Devan. Sesekali, dia bisa merasakan jemari pria itu mengusap pipinya. "Jangan marah lagi, ya. Please." Eunha tertegun. Dia mengangkat wajahnya untuk melihat langsung ke arah tatapan Devan, menelusuri tiap sorot matanya yang penuh akan cinta. Perlahan, Devan menutup mata, mendaratkan bibirnya ke dahi Eunha. Bukan hanya dirinya, Eunha juga terjebak dalam kisah kasmaran mereka saat ini. Betapa dia sangat mencintai Devan. Aksi mogok bicaranya itu berhasil mengumpulkan sejuta kerinduan yang terkungkung dalam segenap jiwanya, menyatu dalam emosi. Tanpa berkata, dia sedikit beranja

