Sontak, Arka terkejut. Dia teringat pernah mengutarakan janji bahwa takkan meninggalkan Lisa meski menderita penyakit kista dulunya. "Tolong, jangan pergi." Arka pun bergegas keluar dari kamarnya dengan hati-hati. Tanpa meninggalkan kecurigaan siapa pun, Arka melajukan sepeda motornya untuk menembus jalanan panjang demi menjemput kebahagiaan hatinya saat ini. Begitu besar penyesalan telah meninggalkan Lisa hanya demi kemarahan. Kecepatan terus dipacu demi cepat sampai di tujuan. Sementara itu di bandara, Lisa tak henti menangis sambil menatap ponsel. Wajah Arka tersemat sebagai wallpaper. Dia telah mengikhlaskan akhir kisah ini tanpa berniat protes pada siapa pun. "Selamat tinggal, Ka," ucapnya. Waktu terus bergulir hingga tiba gilirannya untuk menaiki pesawat. Lisa berdiri sambil

