Suasana makan malam pun dilanjutkan. Meskipun sudah selesai, Arka tak bisa beranjak karena melihat wajah Papa Frans yang masih dingin. Dia sangat frustasi jika memikirkan hal itu. 'Gue nggak boleh keras kepala lagi. Sekarang gue ngerti. Devan itu berharga banget buat Papa, kan? Baiklah. Gue harus berusaha. Di depan bokap, gue harus tunjukin kalau gue benar-benar care sama Devan. Bokap harus percaya kalau gue dan Devan itu baik-baik aja,' gumam Arka. Arka menarik napas dan menghelanya. Dia menatap Devan dengan tatapan lebih teduh. "Maaf, gue udah kasar sama lo tadi, Kak," pinta Arka, sedikit manja. Semua orang terkejut, termasuk Papa Frans dan Devan. Devan harus meletakkan peralatan makannya hanya untuk menatap Arka. "Gue-" Arka tersenyum. Dia bangkit dari duduknya dan berjalan mendeka

