144. Maaf Untuk Semuanya

1087 Kata

Baru saja Rina hendak melangkah masuk ke dalam rumah bersama Aqlan dan Ello dalam pelukannya, langkahnya tiba-tiba terhenti. Pandangannya tertuju pada sosok di depan pintu masuk rumah, yaitu ayahnya. Pria paruh baya itu berdiri dengan napas tersengal, seolah baru saja berlari kecil. Wajahnya tampak lelah, namun penuh harap. Tatapannya tertuju pada Ello, cucu yang mungkin selama ini hanya ia lihat dari kejauhan. Ia sempat memanggil nama ucunya dengan pelan, seolah ingin mendekat, namun ragu. “Ello…” lirih suara itu terdengar. Rina terpaku, ada sesuatu yang mencengkeram hatinya, antara keterkejutan dan emosi yang belum sempat ia proses. Melihat itu, Aqlan langsung melangkah cepat dan berdiri di depan Rina, menutupi tubuh istrinya dari pandangan pria itu. Gerakannya refleks, melindungi. I

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN