Elang seketika menarik tangannya lepas dari menggenggam Dara setelah melihat kulit di sekitar area tangan sudah mulai memerah. Keringat dingin mulai mengucur dari pelipisnya. “Aku terlalu merasa baik-baik saja setelah bertemu dengan psikiater tadi sampai aku lupa bila aku belum sembuh,” gumamnya mengeluh lebih ditujukan pada dirinya sendiri. Elang berulang kali mencoba menenangkan diri agar napasnya kembali stabil. Sedangkan Dara hanya diam saja merespons dan melihat reaksi di tubuh Elang yang baginya menjadi terbiasa melihat itu. Elang duduk di mobil dengan Dara menemani duduk di samping yang menatapnya dengan rasa khawatir. “Apa kamu butuh waktu dulu untuk menormalkan reaksi tubuhmu?” “Ya,” desis Elang sambil mengatur napasnya yang belum stabil. Mereka berdua kemudian menunggu wak