Suasana sore itu terasa tenang di ruang tamu rumah Yuni. Ratna duduk berhadapan dengan sahabat lamanya itu, menyesap teh hangat sambil sesekali menatap jendela. Setelah beberapa percakapan ringan, suasana berubah lebih serius saat Ratna membuka pembicaraan. “Yun,”ucapnya pelan, “Aku datang ke sini bukan cuma untuk silaturahmi. Ada hal penting yang ingin aku bicarakan…tentang Elang dan Karina.” Yuni menoleh, memperhatikan wajah Ratna yang tampak tulus namun juga penuh pertimbangan. “Aku tahu mereka masih di tahap penjajakan,” lanjut Ratna, “Tapi aku kepikiran, bagaimana kalau kita selenggarakan pertunangan saja dulu? Bukan untuk memaksa mereka menikah dalam waktu dekat, tapi sebagai bentuk keseriusan. Siapa tahu…dengan begitu mereka bisa lebih mengenal satu sama lain dan punya arah yang

