Dara menatap tangan besar Elang yang menggenggam hangat jemarinya. Kejadian barusan di kamar Elang masih mengusiknya. Melihat milik pria itu meski hanya bagian ujungnya saja masih meninggalkan sisa gemetar yang belum hilang hingga detik ini. “Kenapa sekarang kamu memegang tanganku? Tidakkah ini akan membuat tubuhmu bereaksi kembali? Bagaimana bila di tengah jalan tubuh kamu bereaksi? Apakah kamu masih bisa mengemudi?” pekik Dara lebih khawatir pada kondisi mereka berdua di tengah jalan yang ramai. Di depan sana jalanan padat. “Setelah berada pada titik puncak reaksi aku yakin akan ada efeknya dan aku ingin membuktikan itu sekarang.” “Tapi--” Dara masih ragu saja dengan jawaban Elang. “Anggap saja kamu sedang membantuku. Aku akan berterima kasih sekali bila kamu membiarkan aku terus