BAB 8

1013 Kata
Salah satu syarat Gavin mempekerjakan Raka adalah Pria itu harus menginap di rumahnya. Jadi jika Alea membutuhkan untuk diantar ke suatu tempat kapan pun, Gavin tidak harus pergi mengantarnya karena sudah ada Raka yang menggantikan. Sore ini Gavin dan Alea pulang bersama dalam satu mobil, dan Gavin akan menjamin ini adalah sore terakhir untuk mereka pulang bekerja bersama. Sedari tadi yang dilakukan Gavin hanyalah memijat pelan pelipisnya. "Mas, wajah kamu pucat. Kamu sakit?" Tanya Alea khawatir. Tidak ada jawaban dari Gavin, Pria itu terus diam tak bergeming. Membuat Alea melontarkan pertanyaannya kembali. "Aku nggak sakit Alea. Aku hanya lelah," sahut Gavin pada akhirnya. Tentu saja dengan nada yang ... ah pokoknya tidak enak untuk didengar. "Mau aku pijit nanti, Mas? Atau Mas Gavin--" "Nggak perlu. Aku minta kamu diam, aku jadi tambah pusing mendengar ocehan mu itu." Sanggah Gavin cepat. Ah rasanya begitu menyakitkan dan memalukan. Alea sangat kehilangan muka Gavin memperlakukannya seperti tadi di depan Raka yang notabene adalah orang baru. Sekarang Alea menutup rapat mulutnya kemudian memfokuskan pandangannya memandang jalanan yang ramai. "Sampai kapan kamu akan bersikap dingin seperti ini padaku, Mas?" Alea bergumam dalam hati. Sebenarnya Alea sempat merasa sangat lelah menghadapi sikap Gavin. Berkali-kali Perempuan itu berpikir untuk menyerah saja. Namun pikirannya selalu terhalang oleh sikap Marla dan Romi yang begitu baik. Jadi Alea mengurungkan kembali niatnya untuk menyerah. Alea adalah manusia biasa yang memiliki pikiran dan perasaan. Selama satu bulan ini, Gavin terus saja memberi benteng untuk mereka. Ditambah setiap malam Alea harus mendengar suaminya yang mengigau menyebut nama Rosa. Dan foto wanita yang sudah tiada itu masih menggantung di dalam mobil yang mereka tumpangi sekarang. Rasanya menyakitkan sekali untuk Alea. Apa tidak ada kesempatan sama sekali untuknya? Suasana di dalam sini terasa sangat mencekam. Itu semua karena Gavin yang menyebalkan. Kalau saja tadi Pria itu tidak berbicara kasar, pastinya suasana di sini aman-aman saja. "Raka, sebelumnya kamu bekerja di mana?" Tanya Gavin tiba-tiba. Gavin mempekerjakan Raka karena rekomendasi dari Bima--sahabatnya. Sejenak Raka menjadi sedikit kikuk. Sebenarnya dia adalah seorang Putra dari keluarga kaya. Dirinya diminta oleh sang Ayah menjalani kehidupan kalangan bawah agar Pria itu tahu bagaimana sulitnya mencari nafkah. Karena selama ini yang Raka lakukan hanyalah menghamburkan uang untuk hal yang tidak bermanfaat dan bermain-main dengan banyak wanita. "Sebelumnya saya bekerja untuk keluarga Pak Farhan dari BATARA GROUP, Pak." BATARA GROUP adalah salah satu dari sekian banyak perusahaan yang sangat besar di kota ini. Tentu saja Raka tidak pernah bekerja sebagai supir di sana. Ayahnya adalah pemilik BATARA GROUP. Gavin mengangguk. "Lalu kenapa kamu berhenti dari sana?" "Saya difitnah rekan kerja saya, Pak. Jadi saya dipecat secara tidak hormat dari sana," Imbuh Raka. "Ke depannya, tolong bekerja dengan baik untuk Alea." "Baik, Pak!" *** Gavin berjalan memasuki rumah dengan gemetar. Sedari tadi kepalanya terasa sangat pusing dan perutnya juga sangat sakit. Sejenak Pria itu tertahan, tangannya berpegangan erat pada gagang pintu. Alea yang melihat hal itu lantas bergegas mendekati Gavin. "Mas, Alea bantu berjalan ya?" ujarnya. "Tidak perlu, aku bisa sendiri." Gavin membuka langkah meskipun rasa pusingnya semakin menjadi. Alea menghela napas. Tidak habis pikir dengan suaminya itu. Karena Gavin terus menolak dirinya untuk membantu berjalan, pada akhirnya Alea hanya berjalan mengiringi Gavin di belakang. 'Brukkk' Gavin jatuh pingsan di lantai. Alea memekik kemudian berlari menghampiri Gavin yang tidak sadarkan diri. "Mas Gavin!" Alea memegangi tubuh Gavin yang terkulai lemas. Sekujur tubuhnya dipenuhi dengan keringat dingin. "Pak Raka!" Alea berteriak memanggil Raka yang masih mengurusi mobil tuannya. Samar-samar mendengar namanya disebutkan, Raka segera menghampiri Alea yang berada tidak jauh dari pintu. "Astaga! Bapak kenapa, Bu?" tanya Raka saat melihat Gavin yang tergeletak di lantai. "Tolong antar kita ke rumah sakit segera!" ucap Alea getir. --- [UGD RS. MELATI] Dokter mengatakan Gavin mengalami keracunan makanan. Penyebab pingsannya karena Gavin tidak bisa menahan reaksi dari keracunan tersebut. Tidak ada yang serius, sebentar lagi Pria itu akan sembuh. "Mas, Dokter bilang kamu keracunan makanan." Alea memberitahu. Gavin mendesah pelan. Pria itu mengingat terakhir kali memakan spaghetti saat sebelum jam pulang bekerja. Pantas saja kepalanya tiba-tiba menjadi sangat pusing dan perutnya terasa kram sekali. "Mulai besok, Alea buatkan bekal untuk Mas Gavin, ya? Supaya lebih terjamin kebersihan bahan makanannya." Gavin mengangguk. Pria itu tidak menolak sama sekali. Mengingat rasa sakit yang dialaminya begitu menyakitkan, mungkin lebih baik dirinya tidak memakan sembarang makanan mulai sekarang. Alea merasa senang. Ini adalah sikap termanis Gavin untuk hari ini. Padahal tidak ada yang istimewa, suaminya itu hanya mengangguk ketika dirinya memberi saran. Namun Alea sudah sangat senang setengah mati. Kedua sudut bibir Alea tersungging, perempuan itu tersenyum sangat manis. Gavin yang melihat itu seperti terhipnotis, ia benar-benar terpesona. "Astaga, apa yang kupikirkan?" Gavin menggerutu sembari membuyarkan pikirannya yang hampir dikuasai oleh wajah cantik Alea. Gavin memejamkan mata, membalik posisi tubuhnya membelakangi Alea. Karena ia merasa tidak nyaman jika tidur menghadap Alea yang duduk di sampingnya. "Mas, aku pamit ke luar sebentar ya. Mau ke mobil ngambil tas." Alea berjalan cepat menuju parkiran. Perempuan itu harus mengabari Marla tentang keadaan Gavin. "Bu Alea...." Panggil Raka kemudian menghampiri. "Ya? Oh iya, tolong bukakan pintu mobil. Ada yang ingin aku ambil di sana." Raka mengangguk. "Baik, Bu." Raka setengah berlari menuju mobil lalu membuka pintunya yang terkunci. "Terima kasih, ya." Alea membuka pintu mobil kemudian merogoh benda pipih yang tersimpan di dalam tasnya. Segera ia menelepon Marla. "Halo, Al...?" Sapa Marla di seberang sana. Alea langsung memberitahu Marla jika Putranya sedang dirawat di rumah sakit akibat keracunan makanan. Mendengar kabar itu Marla langsung panik. "Ya sudah, nanti Ibu akan menyusul ke sana," ucap Marla. "Baik, Bu ... Alea tunggu." Alea berjalan memasuki ruang UGD. Dari daun pintu perempuan itu sudah dapat melihat suaminya yang tengah terbaring di atas bed. "Semoga kamu lekas sembuh, Mas." Perempuan itu mendoakan suaminya. "Dan semoga hati kamu tidak dingin lagi saat menatapku." Alea mendudukkan diri di samping Gavin. Pria itu memegangi perutnya, kedua keningnya saling bertaut menahan sakit. "Mas ...." Alea menggenggam tangan suaminya. "Sakit banget ya?" Gavin menggenggam balik tangan Alea. Genggaman Gavin terlalu kuat hingga Alea merasa tangannya sedikit panas dan sakit. "Perutku rasanya sakit sekali," ucap Gavin hampir mengerang.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN