“Alhamdulillah, akhirnya kamu sadar juga, Yas. Ada yang sakit, nggak?” Dua sudut bibir Dewi tersenyum sumringah saat melihat mata Yasmin telah sepenuhnya terbuka. “Kok, aku bisa di sini, Wi?” Yasmin bertanya bingung. Ia memegangi kepalanya yang terasa pening. Aroma obat-obatan menyeruak masuk ke indra penciuman. Yasmin lantas melirik tangan kirinya yang diinfus. “Kamu keserempet motor, Yas. Mananya yang sakit? Bilang sama aku, Yas.” Yasmin terdiam selama beberapa detik. Bagian punggung kanannya terasa nyeri, tangan pun kebas. “Cuma bagian punggung sama kaki aja, Wi.” Dewi mengembuskan napas lega. Ia melirik ke kaki Yasmin. Beberapa luka lecet di lututnya tidak terlalu parah. “Aku udah hubungin suami kamu, tapi kenapa dia nggak dateng-dateng, ya? Udah hampir satu jam, lho, Yas. Ata