“Memang! Dia segalanya bagi saya, Yasmin! Tidak ada yang bisa menggantikan posisi Davina di hati saya!” “Oh, ya? Lalu kenapa setiap aku meminta mengakhiri semuanya kamu selalu menolak, Mas?” “Tanpa bertanya pun, kamu sudah tahu apa jawabannya, Yasmin!” Suasana rumah itu mendadak sepi. Hanya tersisa ketegangan yang semakin menjadi pada pasangan tersebut. Yasmin, wanita bercadar itu hanya menunduk, bahunya bergetar menahan sakit di hati. Tapi, lagi-lagi emosinya hanya terpendam, tidak ada tekad sedikit pun untuknya benar-benar mengambil keputusan berpisah. Tapi, jika itu yang terbaik, maka ia tidak akan mengelak. “Aku juga enggak mau terjebak di pernikahan seperti ini, Mas,” lirih Yasmin. Ekor matanya menatap wajah Hans yang berpaling. “Kalau bukan karena Papa-Mama kamu, mungkin aku s