Pekerjaan kantor yang sedang padat-padatnya membuat Hans harus pintar membagi waktu. Kondisi Davina yang belum juga membaik semenjak kemarin membuatnya mau tak mau mengambil keputusan untuk bekerja dari rumah sakit. Sesekali matanya yang berkacamata minus itu memandang layar laptop dan sosok Davina secara berganti. Ia harap, istrinya tersebut segera sadar dan mau membangun komunikasi tanpa disertai emosi. Walau mengingat kondisinya yang mustahil untuk bisa bersikap hangat, tetapi setidaknya jangan sampai emosinya meledak-ledak seperti malam itu. Ting! Satu buah pesan masuk. Yasmin, nama perempuan tersebut muncul di deretan notifikasi yang belum ia sentuh sedari tadi. ["Bude lagi di sini. Tolong kabari kalau Mba Vina sudah mau dibawa pulang. Aku nggak mau Bude tau masalah kita sekara