Entah sudah berapa hari Hans berada di ruang bawah tanah itu. Ia hanya bisa mengandalkan makanan yang selalu dibawa Yasmin secara diam-diam. Seperti halnya saat ini, Yasmin baru saja selesai menyuapinya. Wanita tersebut nyatanya masih tetap menemui walau ia sempat memaki. “Aku pergi dulu, Mas.” “Hm.” Akan tetapi, belum sampai Yasmin berdiri, suara tepuk tangan yang terdengar berat dan berulang dengan jeda membuatnya menoleh. “P–Papa ....” Yasmin terbata, tidak menyangka jika kali ini aksinya akan ketahuan. Raut wajahnya berubah menjadi takut. Akan tetapi, ketakutan itu untuk Hans. Yasmin ingat ucapan Hanggara beberapa hari lalu. Pria paruh baya itu akan memberikan hukuman pada Hans jika Yasmin nekat memberi sang suami makanan. “Berapa kali kamu melakukan pelanggaran, Yasmin?”