"Pa-pa ....” Yasmin menyambut dengan wajah berkerut. Tangannya gemetar saat menyalami tangan kanan sang mertua secara bergantian. "Yasmin ... masyaallah, Nak, kamu ...." Ranti menangis terharu, lalu memeluk Yasmin begitu erat. Ia mengusap punggung menantunya, meluapkan semua rindunya selama tiga minggu ini. Beda dari biasanya, kali ini Yasmin bersikap acuh tak acuh. Ia tidak merespons sedikit pun pelukan itu. Tatapannya hambar, seperti tidak ada h a s r a t atau kehangatan sedikit pun kepada keluarga sang suami. Ia masih ingat betul jika selama ini selalu dipupuk oleh rasa sayang dan peduli. Namun, nyatanya akhir dari pernikahannya tetap harus rela dimadu. Mungkin, terkesan egois memang. Namun, Yasmin tidak bisa mengalahkan perasaannya sendiri. Ia justru merasa bahwa apa yang dilaku

