Bab 215

4656 Kata

Elang pulang dengan keadaan babak belur. Lengannya tergores dan masih mengeluarkan darah, menetes perlahan hingga meninggalkan noda merah di ujung jarinya. Namun, meski begitu, ia tetap melangkah dengan tubuh tegaknya, seolah rasa sakit bukan alasan untuk terlihat lemah. Napasnya terdengar berat, tapi langkah-langkahnya mantap, setiap gerakannya memancarkan keengganan untuk menunjukkan bahwa ia baru saja terluka. Beruntung tadi ada polisi yang tengah patroli hingga Davin dan kawan-kawannya langsung bubar. Mereka tidak sampai melukai Elang terlalu jauh, meskipun jelas, amarah di mata mereka belum benar-benar padam. Sementara Elang, meski berhasil menahan diri, rasa perih di tubuhnya tidak sebanding dengan emosi yang masih bergolak di d.a.da. “Nanti biar aku yang jelasin ke Papa.” Kania be

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN