Walau terpaksa, akhirnya Hans mengikuti apa kata papanya. Ia tetap mendampingi Davina. Istri keduanya tersebut dibiarkan duduk di kursi depan, sedangkan Yasmin berada di belakang. Hanya ada kekosongan yang menyelimuti perjalanan mereka kali ini. Davina yang memang tengah dalam keadaan kurang baik, memilih diam sambil memegangi perutnya yang masih sedikit kram. Yasmin, perempuan yang selalu bercadar ketika di luar tersebut hanya menatap nanar ke luar jendela. Rintik hujan yang turun seperti mewakilkan isi hatinya saat ini. Rasa hangat yang menyergap, tidak lantas membuatnya merasakan ketenangan. Gelisah, putus asa, dan kecewa. Rumah mewah tempat ia tinggal, nyatanya hanya mampu memberi luka pada tiap detik. Yasmin harus bersaing dengan wanita yang bahkan sudah lama m e n d o m i n a s i