Hans tidak berkutik. Yasmin terlihat menantang. Tatapan mata abunya yang datar membuat pria tersebut memalingkan wajah. Sekali lagi, Hans merasa lemah ketika sudah menghadapi kemarahan Yasmin. Tanpa nada suara tinggi, tanpa bersikap kasar. Tetapi, entah kenapa sukses membuat Hans diam tanpa kata. “Ayo, Mas. Kenapa diam?” Yasmin bertanya dengan mata yang makin menajam. “Kamu bilang cuma Mbak Vina, ‘kan? Oke, aku turuti.” Hati Yasmin saat ini seperti ranting rapuh yang tertiup angin. Masalah akhir-akhir ini membuatnya mudah hancur, meskipun ia terlihat tenang. “Saya nggak bisa. Kita nggak bisa cerai, Yas.” Setelah lama diam, Hans akhirnya membuka suara. Sebab pertama ia tidak akan melakukan itu karena surat perjanjian. Kedua, keselamatan Davina, yang dijadikan jaminan oleh Hangga