“Davina.” Hans terkejut melihat kehadiran Davina. Ia mundur, menjauh dari Yasmin dan menyimpan kedua tangannya ke dalam saku. Sementara Davina kini maju. Tatapan kesalnya mengarah pada sang suami. Ia berdiri di hadapan Hans dalam jarak cukup dekat. “Sudah berapa kali aku bilang, jangan sekasar itu sama Yasmin. Kamu ini dibilangin ngeyel, Mas. Kasihan dia.” “Dia ngeselin, Vin. Dia ngancam aku, apa aku harus diam aja?” Davina hanya menggeleng, tidak habis pikir. Namun, kembali lagi, Hans tetaplah pria keras kepala yang tidak suka dibantah. “Iya, aku tahu, tapi nggak sepantasnya kamu bersikap kasar sama perempuan.” “Jangan membela dia terus-terusan, Vin! Dia semakin dibela itu semakin besar kepala!” Hans menunjukkan rasa kesalnya sambil menunjuk-nunjuk ke arah istri pertamanya yang se