“Ya, nggak apa-apa, Mbak. Suka aja.” “Jujur aja kalau emang ada yang kamu sembunyikan, Yas.” Yasmin menggeleng kuat, ia tidak ingin membahasnya lebih jauh lagi. “Nggak ada, Mbak.” Ruang rawat VIP itu mendadak sepi. Yasmin mulai mengambil posisi berbaring dengan hati-hati. Ia menatap lurus tanpa ekspresi. Selain merasa sakit di punggung, wanita tersebut juga menahan gejolak emosi saat teringat perlakuan Hans tadi. “Kamu istirahat aja, Yas. Kalau butuh apa-apa jangan sungkan buat bilang ke aku.” Yasmin mengangguk singkat. Lantas, lirikan matanya tertuju pada sosok pria yang berjalan masuk ke kamar rawat sambil menenteng dua paper bag. “Vin, kamu makan dulu. Maaf, ya, makan malam kita jadi tertunda.” Hans bicara seolah-olah tidak ada Yasmin di sana. Ia membukakan styrofoam yang isiny