Senyum puas tercipta di bibir Hans. Ia mengucap syukur berkali-kali di dalam hati. “Nanti saya kasih resep vitamin untuk mengurangi mualnya, Pak Hans.” “Baik, Dok. Terima kasih banyak.” “Sama-sama, Pak Hans. Kalau begitu, saya permisi dulu.” “Mari saya antar, Dok.” Sang dokter mengangguk segan dan lekas meninggalkan kamar mewah tersebut. Yasmin mengekori sampai ke pintu gerbang. Seperginya dokter tersebut, ia kembali masuk dan menutup pintu utama. Tidak munafik, Yasmin merasa tidak rela atas kabar kehamilan madunya. Ia terjerembap, tetapi berusaha menahan tangis walau matanya memanas sedari tadi. Lirih, wanita bercadar itu pijakkan kaki di anakan tangga. Satu per satu anak tangga ia naiki dengan perasaan hancur. Yasmin membuka pintu kamar dengan pelan. Ia duduk di atas ranjang. Ke