Setelah tali itu lepas, tangan gemetar Hans perlahan menelusuri kain cadar itu. Namun, rasa penasarannya rupanya tidak berhasil terjawab sekarang. Satu tangan Yasmin dengan cekatan menahan pergelangan Hans. Sementara tangan lainnya menahan cadarnya agar tetap menutupi wajah. “Astagfirullah! Kamu mau apa, Mas?” Hans gelagapan ketika niatnya tertangkap basah. Ia melepas genggaman Yasmin secara pelan. “Maaf, Yasmin. Saya ... saya khilaf.” Yasmin langsung mengambil posisi duduk dan menalikan kain cadarnya kembali. Ia lantas menatap ke arah Hans. “Jangan buka cadarku kalau hanya untuk menjawab rasa penasaran kamu, Mas. Minta saja ketika nanti hati kamu benar-benar sudah siap untuk menerimaku apa adanya, bukan hanya karena melihatku dari segi wajah.” “I-iya, saya minta maaf.” Hans menund