Hati Yasmin yang keras membuat Hans memilih untuk diam sebentar. Bagaimana perasaan istrinya saat ini, jelas ia paham. Sebesar apa pun usahanya untuk menjelaskan, Yasmin tidak bisa menerima untuk kali ini. Bisa jadi, Hans malah dianggap membela perempuan itu. “Kita istirahat dulu, ya? Nanti kita pikirkan sama-sama.” Yasmin tidak menjawab. Ia lebih memilih masuk ke kamar untuk menemani Elang dan Kania. Dua anaknya baru terlelap beberapa menit lalu setelah ditidurkan oleh Ranti. “Sayang. Jangan ngambek. Saya nggak ada maksud lain. Tapi, kita harus lihat dari dua sisi.” Perempuan yang sudah terlanjur berbaring itu kini bangkit. Ia menatap ke arah Hans yang kini masih berusaha membujuknya. “Jangan bahas itu dulu, Mas. Kepalaku beneran pusing.” Hans mengangguk. Ia tidak ingin memaks

