Sore hari ..... Yasmin melirik Davina yang sedang sibuk mengemasi barangnya di dalam kamar. Ia berhenti melangkah, kemudian masuk untuk turut membantu. “Biar aku bantu, Mbak.” “Makasih, Yasmin. Sebenarnya, aku juga enggak bisa pergi selama itu, tapi gimana lagi. Ini tuntutan pekerjaan.” Bukan sebuah kesenangan jika Davina pergi karena tidak akan ada pengaruhnya sama sekali untuk Yasmin. Hans tetaplah Hans. Pria yang selalu bersikap dingin dan berkata ketus pada Yasmin. Mustahil jika tidak adanya Davina lalu Hans bisa memperlakukan Yasmin dengan baik. “Yasmin,” panggil Davina lalu menggenggam tangan wanita itu. “Gunakan waktu dengan baik. Selama aku tidak ada, ini kesempatan buat kamu dekat sama Mas Hans.” Lagi-lagi Yasmin hanya terpaku melihat sikap Davina yang hampir tidak merasa

