Sesampainya di penthouse, Elang langsung meletakkan kunci mobil dan menggantung jasnya di gantungan dekat jendela. “Kita siap-siap sekarang.” Senja hanya duduk, memegangi perutnya yang sejak di mobil sudah terasa mules. Tanpa berkata apa-apa, ia menerobos masuk ke kamar mandi dan menutup pintunya keras. Elang menggeleng pelan. Ia pikir Senja masih marah soal percakapan mereka di restoran. Pria itu lalu bersiap memenuhi panggilan kakeknya malam ini—jas abu tua, rambut tersisir rapi, sepatu hitam mengilap sudah terpasang sempurna. Tak lama, Senja keluar dari kamar mandi. Tubuhnya membungkuk, satu tangan menekan perut. Tatapannya bertemu dengan Elang yang sedang merapikan rambut di depan cermin. Penampilannya sudah begitu tertata, kontras dengan dirinya yang tampak kesakitan. “Aku kayak
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari


